Showing posts with label politika. Show all posts
Showing posts with label politika. Show all posts

Bendera Parpol

Posted by Jammes 7/20/2008 0 comments
Pesan short massage service (SMS) soal bendera parpol itu saya kirim tanggal 28 Maret 2008 pukul 14.50 WIB. Jawaban wali kota singkat saja. Gagasan bagus, terima kasih. Kini sampai sembilan bulan ke depan, wajah kota akan bertabur bendera parpol.

Isi SMS itu begini: Yth Pak Walikota, saya usul Pemko menyediakan tempat pemasangan bendera partai, LSM dan OKP di tempat tertentu. Tiang dan lubangnya disediakan Pemko, termasuk membantu memasang dan membongkarnya. Waktu pemasangan dibatasi 3-5 hari dan parpol tinggal memberikan bendera. Selain kota lebih rapi, ini akan menjadi terobosan baru Anda, terima kasih.

Usul tersebut dilatari oleh kebiasaan parpol dan ormas memasang bendera sebagai atribut di jalan-jalan protokol. Yang terjadi, antar parpol berlomba-lomba agar benderanya kelihatan lebih banyak, lebih tinggi dan lebih menarik pandangan mata.
Masalahnya, bendera parpol (apapun parpolnya) bukannya menambah semarak, malah mengganggu pemandangan. Misalnya, tiangnya tidak sama tinggi. Malah, ada yang tiangnya copot dan tumbang ke jalan. Ini tentu mengganggu penguna jalan.
Nah, jika wali kota menganggap usul sederhana ini penting, tinggal mengumpulkan semua parpol, OKP dan LSM lalu bikin kesepakatan bersama. Isinya, ya pengaturan soal pemasangan bendera parpol itu. Lubang dan tiang bendera disediakan Pemko.
Tentu saja jarak dan tinggi tiangnya sudah diatur. Parpol tinggal menyerahkan bendera ke Satpol PP yang membantu memasang. Kalau perlu, diberikan biaya pemasangan yang terjangkau. Pada saat masa tayang bendera habis, juga dibantu mencabut bendera tersebut.
Tujuannya, kota lebih rapi dan indah dengan kibaran bendera warna warni. Pengguna jalan pun aman dari kejatuhan tiang bendera. Kesepakatan antara Pemko dan parpol itu, dipublikasikan secara luas agar warga tahu.
Sejak bulan Juli 2008 hingga Maret 2009 nanti, selama sembilan bulan, kita akan terbiasa melihat bendera parpol berkibar-kibar. Jumlahnya ada 34 parpol atau 34 jenis bendera pula.
Seberapa menarik pemasangan bendera ini di mata warga yang menjadi sasaran kampanye parpol? Survei Barometer agaknya bisa menjadi perhatian parpol. Ternyata, hanya 44,8 persen yang menyebutkan pemasangan bendera parpol menarik dan 55,2 menganggap tidak menarik.
Kampanye untuk menarik calon pemilih seperti pengerahan massa, konvoi dan pawai kendaraan malah dianggap tidak menarik. Jika kampanye merusak keindahan kota, mengganggu aktivitas warga, bisa jadi bukan simpati yang didapat malah berbalik menjadi tidak suka dan antipati.
Saya tidak kecewa usul saya menata bendera parpol tidak dilaksanakan wali kota. Sebab, dengan jumlah partai sebanyak 34 itu, tentu makin banyak pula lubang dan tiang bendera yang harus disediakan. ***

Program Saya Jadi Wali Kota (2)

Posted by Jammes 4/27/2008 0 comments
PERENCANAAN itu penting. Sebab, tanpa rencana, segala kegiatan yang dilakukan, tentu juga akan tanpa arah. Orang yang sudah punya rencananya, bisa saja dalam prakteknya tidak bagus. Apalagi kalau tidak punya rencana. Seumpama saya wali kota, jauh-jauh hari saya sudah menyusun rencana dan program kerja.

Program saya yang lain adalah menata kota. Batam yang sudah menjadi kota ruko, memang tidak artisitik dan terkesan kaku. Seluruh pemilik ruko atau penyewa, saya wajibkan mengecat ulang ruko. Sehingga tidak ada lagi kesan suram dan kusam.
Kalau perlu, saya bikin lomba. Ruko yang paling cantik dengan kombinasi warna paling menarik, dapat hadiah berupa uang pengganti seluruh biaya mengecat rukonya. Ruko tidak boleh dibiarkan terlantar pemiliknya sehingga merusak wajah kota.
Saya akan menindak warga yang melanggar Izin Mendirikan Bangunan. Juga akan mengecek, apakah ada tangga darurat, racun api dan hal-hal yang membahayakan jiwa warga saya terhadap bencana kebakaran.
Gorong-gorong dan drainase kota harus bersih sehingga saat hujan turun, air tidak meluber ke jalan. Parkir diatur dan tertib. Batam harus bebas sampah. Jalan memutar yang bikin macet ditutup agar pengemudi tidak belok sembarangan.
Meski sudah sulit mencari lahan kosong di tengah kota, saya akan bikin mini garden agar kota tidak terasa kaku dan gersang. Bisa jadi hanya berupa penataan beberapa tanaman di beberapa sudut strategis, dilengkapi bangku dan meja serta lampu hias untuk orang rehat sejenak dari rutinitas.
Pedagang kaki lima, yang selama ini dinilai membuat pemerintah sakit kepala, ditata sungguh-sungguh. Artinya, hukum akan ditegakkan tanpa pandang bulu. Pasar disediakan buat mereka dan tidak boleh berjualan di pinggir jalan. Buktinya, pasar pagi yang dinilai ilegal, saban pagi tetap ramai.
Para pedagang kecil itu, akan disediakan gerobak dengan desain khusus yang menimbulkan daya tarik tersendiri.Mereka boleh membayar dengan cara mencicil dan setelah itu, bisa menjadi milik mereka sendiri. Jadi, tidak ada lagi tempat berdagang yang dibuat sembarangan.
Para pedagang kaki lima ini, dibina dan dipantau setiap hari. Termasuk diberikan bimbingan untuk memperbesar skala usahanya. Termasuk mengenalkan mereka kepada perbankan untuk mendapatkan pinjaman modal usaha.
Meski akan berhadapan dengan berbagai pihak yang tidak suka dengan kebijakan saya, law enforcement akan saya tegakkan, sesuai ketentuan yang berlaku. Warga kota Batam harus disiplin. Sebab, dengan disiplin akan membuat warga menghargai waktu, menaati peraturan, tahu dan taat hukum serta menghormati hak orang lain.
Warga Batam haus hiburan, terutama untuk keluarga. Saya akan mendukung pengusaha swasta yang perduli dengan bisnis yang menyentuh segmen keluarga. Bisa taman safari, wisata alam dan pantai, water boom dan lain sebagainya. Meski investasinya besar, bisa berkembang untuk jangka panjang karena struktur penduduk Batam berusia produktif dan punya satu atau dua anak.
Saya juga akan membentuk tim dari beberapa karyawan kreatif yang merancang berbagai even baik domestik,regional maupun internasional. Sebab, dengan even akan menarik minat orang berkunjung ke Batam. Toh, selama ini Batam sudah punya nama dan menempati urutan ketiga nasional kedatangan wisatawan di republik ini.
Agar berbagai kegiatan tersebut waktunya tidak berbenturan, saya akan mengumpulkan semua pihak termasuk sponsor, agar memberikan jadwal kegiatannya, selama setahun ke depan. Kegiatan tersebut, akan dipajang di billboard utama kota agar bisa diketahui publik.
Semua partai politik, LSM, organisasi kemasyarakatan, akan saya kumpulkan dan membuat kesepakatan bersama, saat memasang atribut partai, spanduk, umbul-umbul tidak boleh merusak keindahan kota. Mereka tinggal menyerahkan atribut dan bendera ke Pemko yang akan membantu memasang dan membuka kembali secara teratur dan rapi.
Program lain yang akan menjadi perhatian saya tentu saja pendidikan. Sebab, Batam tidak mampu menampung ledakan murid setiap tahun. Bisa saja, ruko-ruko kosong, dimanfaatkan sementara untuk ruang kelas, agar tidak ada yang tidak bisa sekolah. Daripada kosong dan akhirnya rusak?
Saya tidak akan menjanjikan pendidikan dan kesehatan gratis. Lebih baik saya meningkatkan kesejahteraan guru dan paramedis dulu dan meminta mereka meningkatkan kualitas pelayanannya. Namun, pemberian beasiswa akan saya tingkatkan tiga kali lipat untuk mendorong siswa berprestasi. Saya tidak mau terjebak dengan janji-janji muluk, teryata hanya pepesan kosong belaka. Toh, belum tentu juga saya jadi wali kota kan?
Bisa jadi, Anda mengejek dan mencemooh saya sebagai orang yang terlalu percaya diri dan narsis. Tapi, biar sajalah. Toh, Anda juga tidak menunjukkan tanda-tanda mau memimpin Batam sebagai wali kota. Atau, bisa jadi ada anggapan ini hanya khayalan belaka. Soalnya, jangankan jadi wali kota, Anda kan belum pernah menjadi Ketua RT sekalipun.
Saya mengutip enam sikap orang yang paliung tidak efektif dari milis di internet. Yakni, kehilangan sikap. Orang-orang biasanya mendapatkan apa yang mereka harapkan dari hidup mereka. Harapkan yang terburuk, dan itulah yang akan Anda peroleh. Kedua, berhenti berkembang. Orang-orang adalah apa mereka adanya, dan ke mana mereka menuju disebabkan oleh apa yang ada di dalam pikiran mereka.
Ketiga, tidak memiliki rencana dalam hidup. Sebagaimana yang dikatakan oleh William Feather, penulis dari The Business of Life,"Ada dua jenis kegagalan: orang yang mempunyai rencana tanpa bertindak apa-apa, dan orang yang bertindak tanpa rencana apa-apa."
Keempat, tidak bersedia berubah. Beberapa orang memilih lebih baik berpegangan pada
apa yang mereka benci daripada memeluk apa yang mungkin lebih baik karena mereka takut memperoleh sesuatu yang lebih buruk.
Ketiga, gagal dalam berhubungan dengan orang lain. Orang-orang yang tidak dapat bergaul dengan orang lain mungkin tidak akan pernah bergerak maju dalam hidupnya. Keempat, tidak mau membayar harga kesuksesan. Jalan menuju sukses selalu menanjak. Setiap orang yang ingin memperoleh harus mengorbankan banyak. Dan yang keenam, penghargaan yang tertinggi untuk pekerjaan Anda bukanlah apa yang Anda dapat karenanya, tapi siapakah Anda jadinya olehnya. ***

Program Wali Kota Masa Depan

Posted by Jammes 4/23/2008 0 comments
Sebagai warga kota, saya memimpikan Batam menjadi kota yang hebat. Kota ini berpotensi jadi kota megapolitan dan dikenal secara global. Masyarakatnya dinamis. Kota ini diisi oleh orang-orang profesional, sejahtera dan modern. Inilah beberapa program saya, seandainya suatu saat saya menjadi wali kota Batam.

Sadar atau tidak, selama ini di Batam terjadi survival of fittes atau seleksi alam. Bagi yang kuat, bertahan dan berhasil meningkatkan taraf hidupnya. Sebaliknya, tak sedikit pula yang kalah, bangkrut dan akhirnya pergi meninggalkan Batam.
Biasanya, seorang calon wali kota wajib menyusun program yang akan dijualnya kepada pemilihnya. Programnya hebat-hebat. Ini untuk meyakinkan orang, agar memilih dia. Saya juga menyusun program, seandainya suatu saat saya terpilih sebagai wali kota.
Bedanya, program ini sederhana saja, tapi fokus. Kalaupun saya gagal jadi wali kota, calon-calon lain, atau wali kota terpilih, bisa mengadopsi program saya ini. Tidak apa-apa. Demi kebaikan kita bersama sebagai warga Batam. Jika calon lain itu jujur dan tidak plagiator, ia akan bicara dengan saya, bahwa ia menyadur gagasan saya. Jika tidak? Ya tidak apa-apa.
Apa saja program saya sebagai wali kota Batam? Pertama, membangun jalan raya. Sebab, jalan raya adalah urat nadi perekonomian. Jalan raya di Batam adalah wajah Indonesia yang menjadi etalase ke negara jiran. Bandingkanlah jalan di Singapura dan Malaysia dengan Batam. Sungguh kualitasnya beda jauh.
Lihatlah kualitas jalan protokol, dari bandara Hang Nadim sampai ke Nagoya. Penuh lubang, bekas tambalan dan bergelombang. Padahal, baru beberapa bulan diaspal ulang. Jalan yang tidak berkualitas, tidak hanya membuat ekonomi tersendat, juga menyebabkan banyak nyawa melayang.
Yang dituduh penyebab jalan rusak gara-gara hujan dan banjir menggenangi bahu jalan. Atau, alasan klasik minimnya anggaran. Sementara, banyak jalan dibangun tanpa gorong-gorong dan kendaraan berat bebas melenggang.
Jika saya jadi wali kota, saya akan bangun ulang jalan raya yang bersifat permanen dan memenuhi kebutuhan jangka panjang. Kendaraan dengan tonase yang melebihi daya dukung jalan, tidak boleh melintas sembarangan. Harus lewat jalur alternatif atau jalan tanah, agar tanah yang diangkut tidak berceceran di jalan.
Kedua, program lingkungan dan pengijauan total. Saya merindukan Batam yang nyaman, asri dan tertata. Banyak warga yang mengeluh, udara kota ini panas sekali dan membuat orang tidak betah berlama-lama di kota ini.
Selama ini, pemerintah--siapapun dia, baik Otorita maupun Pemko--tak perduli dan main babat saja. Tidak hanya menebangi pohon, hutan lindung dan bukit pun dibabat. Kalau saya jadi wali kota, stop semua tindakan yang tidak bersahabat dengan lingkungan.
Pernahkah Anda perhatikan tangan supir taksi. Banyak yang tangannya hitam sebelah. Kebiasaan para supir itu, menyetir sambil mengeluarkan tangan kanannya. Akibatnya, tangannya hitam dan belang diterjang terik matahari.
Saya akan keras dengan developer yang seenaknya menebang hutan dan mengambil tanah
perbukitan untuk timbunan. Yang melanggar, akan saya umumkan secara terbuka dan masuk daftar hitam pengusaha tak ramah lingkungan. Ini agar publik tahu dan tidak tertarik membeli rumahnya.
Janji-janji membuat fasilitas umum dan sosial, wajib dipatuhi. Drainase dan gorong-gorong, harus mereka bangun, agar kota ini tidak menjadi langganan banjir.Para pengembang, melalui REI harus menyisihkan sedikit keuntungan untuk program penataan kota.
Saya juga akan mengawasi pemotongan bukit dan penimbunan daerah rendah, lantaran kontur tanah di Batam yang berbukit-bukit. Termasuk reklamasi yang dilakukan pengembang. Sebab, reklamasi yang sembarangan malah mengakibatkan banjir lantaran buangan air ke laut makin jauh dan dataran rendah dan genangan air disulap jadi perumahan dan ruko.
Selain itu, setiap pasangan yang mau menikah, wajib menanam sepuluh pohon. Ini akan menjadi kado perkawinan mereka, melihat seberapa besar pohon itu tumbuh, sampai ke anak cucunya. Bisa dibayangkan, Batam menjadi hijau dan bersih. Kita tidak perlu khawatir global warning karena Batam sudah mengantisipasi sejak dini.
Saya akan menggandengn petani bunga, dan membiarkan mereka memanfaatkan row jalan dan buffer zone agar ditata sedemikian rupa sehingga Batam menjadi kota taman. Ini bukan karena saya sejak setahun lalu saya juga menjadi petani bunga di depan rumah saya. Setidaknya, saya membuka sedikit lapangan kerja, memperindah lingkungan dan warga pun senang.
Ketiga, program penataan pasar. Pasar induk, akan saya bongkar karena pedagang tidak memerlukan pasar seperti museum, cukup los-los untuk menggelar dagangan dan parkir yang cukup. Padahal, pasar yang dikelola swasta, cukup berhasil menarik pengunjung. Tentu ada yang salah dengan pasar-pasar yang sudah dibangun tapi gagal menjalankan fungsi tempat bertemunya pedagang dan pembeli. Nah, cukup tiga program dulu, setelah itu akan saya sampaikan kepada Anda program lainnya. ***

Wali Kota dan Rumus 5=2+2+1

Posted by Jammes 0 comments
Tidak mudah jadi wali kota di era reformasi dan Pilkada langsung ini. Selain modal uang dan tampang, juga harus punya perahu partai politik. Saat seseorang maju jadi calon, ia sudah didekati dan mendekati berbagai elemen masyarakat. Sehingga, kini dikenal rumus: 5 = 2 + 2 + 1. Dan saya tidak mau jadi wali kota seperti pola itu.

Artinya, lima tahun berkuasa, dua tahun balas budi, dua tahun cari uang agar balik modal dan setahun siap-siap untuk maju lagi. Pertanyaannya, apakah sang wali kota masih memikirkan dan berbuat untuk rakyat yang memilihnya?

SAAT seseorang maju jadi calon wali kota, ada dua arus yang akan mengapungkannya, dan bisa jadi akan menenggelamkannya. Yang pertama, investor politik. Mulai dari partai politik, tim sukses, tim kampanye, sampai ke tokoh-tokoh masyarakat seperti RT dan RW yang akan menjadi mesin pendulang suara.
Kedua, investor ekonomi. Mulai dari pengusaha, simpatisan, broker dan calo politik, hingga keluarga yang punya dana. Nah, pada saat ia menjadi wali kota, kedua arus besar tadi akan menagih janji, meminta imbalan proyek, serta berbagai keuntungan finansial berlipat ganda.
Jadi, jangan heran. Ketika wali kota baru dilantik, antrian panjang kedua arus ini segera mendaftar. Alasan klasik, menghadap pak wali kota. Lihatlah daftar tamu di kantor wali kota. Wacana calon independen, setidaknya bisa meminimalisir keharusan berhadapan dengan kedua arus besar itu tadi.
Saat menjelang pemilihan wali kota tiba, kasak-kusuk tim sukses dan kelompok-kelompok kepentingan, segera meruap. Beberapa calon yang tadinya berminat maju ke bursa pemilihan, banyak yang kandas di tengah jalan dengan berbagai alasan. Yang paling sering menjadi sandungan adalah keterbatasan uang dan tidak punya perahu partai politik yang mengusungnya.
Saat-saat terakhir, calon potensial itu tadi harus menyingkir lantaran tak punya cukup uang menyetor untuk mengisi pundi-pundi pentolan partai. Atau karena tidak menemukan pasangan yang tepat karena kartu truf di tangan partai. Apalagi, energinya sudah terkuras menjelang babak penentuan siapa calon yang akan diusung.
Beberapa hari ini, saya berdiskusi dan berdebat dengan beberapa teman di Graha Pena, soal keinginan saya mencalonkan diri sebagai wali kota. Seperti Senin (21/4) sore, saya berdebat dengan Ngaliman, calon anggota KPUD Batam, Taman Tamba aktivis Angkatan Muda Partai Golkar, dan Jamil yang pernah menjadi rekdaktur opini dan menyusun buku soal pencalonan wali kota.
''Saya dukung Anda sekarang, tapi nanti belum tentu,'' kata Tamba. Secara politis, ia ingin menegaskan, begitulah politik. Ia menyarankan agar saya mendekati partai tertentu. Itulah masalahnya. Saya tak pernah aktif di partai. Tamba termasuk yang sangat percaya kekuatan partai sebagai mesin politik.
Ngaliman lain lagi. Ia menganjurkan agar saya membangun akses yang luas dan nanti akan menjadi kendaraan saya mendulang dukungan. Ia menekankan, perlunya nilai jual seseorang agar dilirik partai. Sedangkan Jamin, lebih memposisikan diri sebagai penhamat dan melihat kemana arah pembicaraan mengalir.
Mungkin saya terlalu percaya diri. Belum apa-apa sudah mencalonkan diri. Tapi, itu lebih baik agar orang lain tahu, apa yang ada dalam pikiran saya. Jika orang lain memilih menahan diri agar tidak menjadi sasaran tembak, sebaliknya, penolakan terhadap keinginan saya menjadi wali kota, akan menjadi latihan jangka panjang. Sekecil apapun penolakan itu.
Yang meragukan kemampuan saya, sudah terbaca dari usulan agar saya cukup jadi wakil saja. Saya tidak mau. Saya mau jadi wali kota, satu periode saja. Waktu lima tahun cukuplah untuk berbuat sesuatu untuk masyarakat Batam. Hasan Aspahani membesarkan hati saya. ''Dulu, kita tahulah siapa orang-orang yang maju ke bursa pemilihan itu. Tapi, ternyata mereka bisa. Malah, George Bush punya blog sehingga orang bisa membaca pikiran dan gagasannya,'' katanya.
Politik memang pas dilambangkan dengan Dewa Janus, dewa bermuka dua yang menghadap ke kiri dan ke kanan. Artinya, politik memang ibarat dua sisi mata uang dan sama dengan sifat manusia. Ada benci, ada cinta. Ada konflik, ada kerjasama. Ada rindu dan ada dendam.
Mereka yang benci politik, sering mengatakan bahwa politik itu kotor. Tapi, mereka yang lain mengatakan, dengan politik mengatur negara dan mencapai tujuan bersama. Politik memang paradoksal.
Partai bisa digunakan untuk mesin untuk mencari dan menjalankan kekuasaan, bisa pula dipakai untuk kepentingan pribadi dan kelompok tertentu. Tidak heran, ada yang memilih berada di luar partai, ada pula yang masuk ke dalamnya. Jabatan wali kota adalah jabatan politis. Sehingga, untuk menggapainya, diperlukan langkah-langkah politik. Misalnya, mencari dukungan sebanyak mungkin, menggunakan kekuatan partai, membentuk tim sukses dan sebagainya.
Saya, sejauh ini tidak melakukan apa-apa. Keinginan menjadin wali kota, baru sebatas melontarkan gagasan kepada Anda di blog ini.
Secara akademis, saya paham politik. Sebab, saya memilih mendalami sosiologi politik. Secara teori dan analisis, saya menggunakan pendekatan para pakar dan kepekaan terhadap data dan fakta di lapangan. Sampai saat ini, saya belum tertarik masuk ke partai politik.
Artinya, keinginan saya menjadi wali kota, hanya keinginan berbuat sesuatu untuk kemajuan dan kemaslahatan masyarakat di Batam. Yang jelas, saya sudah menyatakan keinginan saya. Setuju atau tidak, mendukung atau tidak mendukung, bahkan abstain sekalipun, terserah Anda....***

Wali Kota Masa Depan

Posted by Jammes 4/21/2008 2 comments

Tulis Ringkasan Postingan Anda

Tulis Akhir Postingan Anda

Saya Mau Jadi Wali Kota (2)

Posted by Jammes 4/20/2008 0 comments
Kita lahir, hidup dan mati dalam organisasi. Jika tidak memahami organisasi, akan tersesat dalam hutan rimba yang membingungkan. Itulah kata-kata seorang pakar politik dan organisasi sosial. Saat lahir, Anda sudah harus punya akte kelahiran, lalu mengurus KTP, surat izin usaha, sampai akhirnya mendapat surat keterangan kematian. Organisasi itu bernama negara.
Seperti Anda, saya mulai berorganisasi dengan menjadi ketua kelas, punya geng dan teman sepermainan. Saya suka menjadi pemimpin dan mau dipimpin. Kemampuan organisasi saya, baru terasah saat kuliah. Saya menjadi ketua kesenian, pimred buletin kampus, ketua Unit Kegiatan Olahraga tingkat universitas dan sering menjadi team manager saat kejuaraan nasional berbagai cabang olahraga.
Memang, saya hanya aktif di organisasi intra kampus. Namun, pergaulan dengan teman-teman dari Himpunan Mahasiswa Islam, saya belajar memimpin rapat dan sidang-sidang organisasi mahasiswa. Setelah bekerja, saya menjadi Ketua PWI Perwakilan Batam, lalu memimpin PWI Cabang Kepri. Ternyata, saya ketua PWI Cabang termuda se Indonesia. Saya juga aktif di Indonesian Marketing Association.
Di lingkungan rumah, saya dipercaya menjadi ketua Rukun Warga selama tiga tahun. Padahal, saya tidak pernah menjadi ketua RT. Saya juga diminta menjadi ketua mesjid di lingkungan perumahan kami. Mungkin tak terlalu banyak organisasi yang saya cemplungi, saya berusaha untuk fokus.
Pengalaman berorganisasi, tentu akan berguna kalau saya jadi wali kota. Sebab, memimpin rapat, mendelegasikan tugas, koordinasi, evaluasi didapat dari berorganisasi itulah. Termasuk kesediaan berbeda pendapat, dan mendengarkan orang lain. ''Saya sepakat untuk tidak sepakat'' idiom yang sering terdengar dari seseorang yang menghargai perbedaan pendapat.
Maka, jangan heran kalau ada orang yang egois, mau menang sendiri dan memaksakan kehendak dan pikirannya dipenuhi prasangka negatif. Orang seperti ini, lebih mengandalkan kata hati. Padahal, kita juga dianugerahi otak dan logika.
Ada orang yang asyik berdialog dengan dirinya sendiri. Ia mungkin seorang peragu, tapi tak mengakui kondisi itu. Ketika mendengar ada masukan dari seseorang, dianggapnya sebagai sebuah kebenaran. Kekuasaan yang dipamerkannya, sebenarnya lebih untuk menutupi kelemahannya sendiri.
Bangsa kita memang sering tidak jujur. Sering terjadi, sadar atau tidak sadar, kita sulit memuji kelebihan orang lain. Yang dilihat, adalah kekurangannya. Akibat ketidakjujuran itu, ia merasa iri dengan keberhasilan orang lain. Ini tipe SMS alias Senang Melihat orang Susah.
Saya kerap memakai filosofi telunjuk. Ketika kita menunjuk kelemahan seseorang, dua jari kita kepada orang itu. Padahal, tiga jari lainnya mengarah kepada diri kita. Atau, kita diberi dua daun telinga dan satu mulut, agar kita mendengar lebih banyak daripada bicara. Alam terkembang, jadikan guru.
Setiap manusia, tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Selama ini, saya sering lebih berorientasi melihat kelebihan seseorang dan dari situ, saya belajar banyak. Kadang-kadang, saya berpikir, apakah saya orang yang sombong dan meremehkan orang lain?
Seorang teman peneliti pernah mengatakan, mental kita adalah mental orang jajahan dan minder. Apa bedanya orang yang sombong dengan orang yang percaya diri? Orang sombong hanya berkata besar, tapi tak punya bukti. Tapi sebaliknya orang percaya diri, ia sanggup membuktikan omongannya.
Karena dengan kepercayaan diri itulah, saya mengajukan diri sebagai calon wali kota. Dale Carnegi berkata, kalau kamu ingin berhasil, berbuatlah seolah-olah keberhasilan itu sudah di depan mata. Tak ada salahnya kalau saya mengikuti jalan pikiran seperti itu. Siapa tahu, saya benar-benar akan terpilih menjadi wali kota.
Saya orang yang optimis, aktif, kreatif dan dinamis. Meski terkesan terlalu percaya diri, saya percaya dengan kekuatan tim dalam sebuah organisasi, termasuk organisasi pemerintahan. Latar belakang saya yang penuh warna, akan membantu tugas saya sebagai seorang wali kota yang memimpin kota metropolis yang sangat heterogen ini.
Selain organisasi, birokrasi akan jadi fokus perhatian saya berikutnya. Sebab, pada dasarnya birokrasi tujuannya untuk memudahkan urusan, bukan mempersulit. Namun, yang terjadi adalah birokrasi memerangkap para pegawai seperti labirin dan mematikan kreativitas. Yang terjadi adalah pola hubungan atasan-bawahan atau patron-klien.
Nah, apa yang akan saya lakukan seandainya saya terpilih menjadi wali kota Batam. Nantikan posting berikutnya, (bersambung)

Saya Mau Jadi Wali Kota (1)

Posted by Jammes 4/19/2008 0 comments
Tiba-tiba, saya mau jadi wali kota Batam. Keinginan itu saya sampaikan kepada beberapa teman. Ada yang pura-pura mendukung, ada yang tertawa mengejek, ada pula yang menganggap hanya main-main. Hanya satu orang yang kirim SMS mendukung. Kenapa muncul keinginan gila itu dan apa modal saya?

SEJAK jadi kota, Batam sudah dipimpin empat walikota dan dua Pelaksana Tugas Walikota. Yakni, Usman Draman, RA Aziz, Nazief Soesila Dharma, Nyat Kadir, Manan Sasmita dan Ahmad Dahlan.
Namun, peran wali kota baru agak terasa saat dipimpin Nyat Kadir dan Ahmad Dahlan yang akan menjabat hingga 2011 nanti. Sebab, perannya didukung oleh undang-undang otonomi daerah. Wali Kota sebelumnya, perannya dikebiri lantaran Otorita Batam begitu powerfull dan berkuasa.
Nah, siapa wali kota Batam ke lima? Bisa jadi, saya orangnya. Saya sudah menjadi warga Batam sejak sebelas tahun yang lalu, saat Batam dipimpin wali kota kedua. Saya menyaksikan kota ini tumbuh menjadi kota metropolis, serta beragam masalah yang dihadapinya.
Batam membutuhkan pemimpin yang cakap dan cerdas. Punya akses nasional dan internasional. Egaliter dan diterima masyarakat yang heterogen. Berpikir dan mampu memahami cara kerja mafia. Tegas dan berani mengambil tindakan yang tidak populer. Komunikatif dan cekatan bertindak.
Saya berasal dari keluarga menengah. Artinya, tidak kaya, tidak pula miskin. Bapak saya seorang pengusaha angkutan antar kota. Ibu saya seorang perawat bidan dan membuka apotik. Meski pribumi, keluarga saya tinggal di kawasan Pecinan, di kota Payakumbuh.
Bapak dan ibu saya, punya banyak teman orang Cina. Saya anak ketiga dari empat saudara. Sekolah Dasar kami semua di SD Pius, sekolah terbaik dan berbaur dengan anak-anak Tionghoa. Hanya saya sendiri yang melanjutkan ke sekolah menengah negeri. Keluarga kami kemudian pindah ke Labuh Basilang, kawasan strategis di kota kami.
Daerah ini terkenal dengan premannya. Saya bergaul dengan mereka. Nongkrong sambil main gitar, begadang, berkelahi, mencuri buah-buahan, cari uang dengan membongkar pasir, saya ikut. Yang perlu dicatat, dalam dunia preman terkenal dengan kesetiakawanan.
Karena nakal dan tinggal kelas, saya pindah sekolah ke INS Kayutanam, sekolah yang didirikan sejak tahun 1926. Muridnya berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Berbaur dan tinggal di asrama, tanpa sadar memupuk toleransi dan kemampuan menyesuaikan diri.
INS adalah sekolah unik. Menggabungkan akademik seperti SMA dengan ketrampilan kerja seperti STM. Saya bergaul dengan anak-anak dari Riau, Medan, Jawa sampai dari Aceh serta berbagai kota di Sumatera Barat. Motto sekolah ini sederhana. Dari pohon mangga, jangan harapkan buah rambutan, tapi harapkanlah mangga yang paling manis.
Kami diajar mandiri. Hidup teratur dan disiplin serta bertanggungjawab. Di asrama, murid SMA digabung dengan SMP, empat orang sekamar. Makan siang dan malam, di ruang makan. Pagi sekolah, dan siangnya praktek kerja ketrampilan. Mulai dari pertukangan, besi, otomotif, keramik dan anyaman.
Tamat dari INS, kalau tak bisa menyambung kuliah, bisa wiraswasta. Guru-guru, sebagian tinggal di lingkungan sekolah. Luas sekolah itu 18 hektar. Memang, cap negatif INS sekolah anak nakal. Tapi, saya tahu teman-teman saya anak pintar yang kurang perhatian dan umumnya anak orang kaya.
Kebersamaan, rasa senasib sepenanggungan, itulah yang terasa di INS dan berbeda dengan sekolah lain. Kalau tanggal tua, sebatang rokok bisa diisap bertiga. Jangan coba-coba jadi orang pelit di asrama. Selain dikucilkan, dikerjai anak-anak lain.
Kalau ada yang berkelahi, dilakukan secara sportif, di asrama kosong. Setelah berkelahi, berdamai dan berteman lagi. Sulit melupakan kenangan di INS selama tiga tahun. Saya satu-satunya di angkatan saya yang lulus Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru dan diterima di jurusan Sosiologi FISIP Universitas Andalas.
Sejak jadi mahasiswa, kesulitan ekonomi menghadang. Bapak saya stroke dan lumpuh. Ibu menjadi tumpuan dan tiang ekonomi. Ibu saya wanita yang mandiri dan kuat. ''Kalau orang makan ayam, ya kita makan bayam,'' katanya, memberi semangat.
Saya berusaha kuliah sambil bekerja. Mulai dari jaga toko, jual stiker di kampus dan sejak semester tiga, menulis di surat kabar sejak tahun 1989. Saya juga aktif di kampus. Mulai dari bikin acara kesenian, diskusi dan seminar hingga kegiatan olahraga. Saya sempat jadi pimpinan redaksi buletin kampus. Terbit empat edisi, kemudian mati.
Nilai akademis saya tidak jelek-jelek amat. Meski tamatnya lama (7 tahun) Indeks Prestasi saya 3,2. Saya tiga kali dapat beasiswa. Dari 47 mahasiswa di angkatan saya, hanya saya sendiri yang mengambil mata kuliah spesialisasi sosiologi politik. Skripsi saya malah tentang Kamar Dagang dan Industri.
Saat kuliah, saya punya empat cita-cita. Jadi konsultan di perusahaan asing, peneliti, dosen dan jadi wartawan. Saya melakukan sembilan penelitian di luar skripsi. Mulai dari jadi surveyor, menulis tesis hingga asisten peneliti penulisan disertasi mahasiswa S3 Flinders University Australia. Namanya DR Syarif Hidayat, peneliti LIPI.
Selama dua tahun, saya Ketua UKM Olahraga di tingkat Universitas. setiap ada kejuaran nasional olahraga, saya selalu menjadi team manager kampus saya. Padahal, saya tak mengerti olahraga. Saya hanya bisa --bukan pandai-- main pandai, main pingpong dan catur.
Sebelum tamat, saya sempat bekerja di sebuah tabloid lokal. Setamat kuliah, saya diterima bekerja sebagai wartawan. Karir saya tergolong cepat. Baru delapan bulan bekerja, saya ditunjuk jadi kepala perwakilan. Secara bertahap, naik jadi redaktur, lalu koordinator liputan, redaktur pelaksana, pimpinan redaksi dan meloncat lagi menjadi pimpinan umum dan perusahaan. Saya tidak pernah jadi wakil atau asisten.
Nah, pembaca yang budiman. Apa gunanya saya sampaikan cerita ini? Sedang menyombongkan dirikah saya kepada Anda? Mungkin saya terlalu percaya diri. Tapi, saya memang sedang mempromosikan diri. Saya juga sedang menguji kekuatan blog ini.

Saya ingin mengatakan, latar belakang saya yang dinamis, cukup layak menjadi seorang wali kota. Siapa tahu, gagasan saya membuat Anda tertarik mendukung saya, ketika saatnya tiba dan saya berkata: Inilah calon wali Kota Batam. Dalam postingan berikut, akan saya sampaikan gagasan saya tentang masa depan Batam. Kalau ada calon lain yang mengungkapkan hal ini, bisa diduga ia membaca blog ini. Terima kasih atas kesabaran Anda mengikuti cerita ini.(bersambung)