Cerita tentang Istriku

Posted by Jammes 6/06/2008 0 comments

Aku beruntung dapat istri yang cantik dan baik serta unik. Kami menikah 26 Maret 2000 delapan tahun lalu. Kini dikaruniai sepasang buah hati yang sehat dan lucu. Istriku seorang yang keras hati sekaligus si lembut hati.

Suatu malam, aku mau mengunjungi adikku Ira, yang kos tak jauh dari kantor. Saat bertemu, Yeni Astuti--wanita yang kini jadi istriku, terkesan cuek. Kulitnya putih. Mata sipit mirip orang Cina dengan rambut lurus sebahu. Gadis Palembang itu, segera menyita perhatianku.
Akrab seminggu, aku ajak menikah. Ia menangis tersedu-sedu. Belakangan, ia bilang terharu. Antara nekad dan spontan. Soalnya, saat itu aku sudah 33 tahun dan ia baru 22 tahun. Tapi, masa pacaran sampai setahun juga. Saya melamarnya dan kami menikah.
Lagu Terlena yang disenandungkannya di acara pernikahan kami, seolah mewakili perasaannya terhadapku. Lalu, kami melewati bulan madu yang indah di Thailand, selama dua minggu. Sampai hamil delapan bulan, istriku masih bekerja di perusahaan kosmetika Mirabella. Saat putra pertamaku Axel Ariel Muhammad lahir, ia memutuskan berhenti dan menjadi ibu rumah tangga yang baik.
Istriku anak ke empat dari enam bersaudara. Ayahnya mantan pelaut dan berasal dari Jawa Timur. Ibunya wanita sederhana dari Ogan Komering Ilir. Namun, hanya istriku yang berkulit putih dan mata sipit seperti Cina. Sejak kecil, ia sering diolok-olok orang Cina.
Istriku seorang wanita yang sangat pengertian. Ia memahami pekerjaanku sebagai wartawan. Sering ia kubawa ke kantor agar ia tahu, wartawan bekerja kadang tak mengenal waktu. Saat aku bentrok dan nyaris disekap oleh seorang oknum pejabat tentara, ia ikut kubawa kabur. ''Ternyata, beginilah rasanya menjadi istri wartawan,''katanya. Ia ketakutan.
Istriku senang jalan-jalan. Ia suka hal-hal baru dan unik. Klop dengan tugasku sebagai wartawan. Wajahnya yang mirip orang Cina, sering membuat orang salah sangka. Kalau belanja di Nagoya, ia diajak bicara Mandarin yang tidak dimengertinya. Bosku Dahlan Iskan pun pernah bertanya,'' Istri Anda Tionghoa?,.. aku tersenyum dan geleng kepala.
Tak pernah ia merecoki pekerjaanku. Kadang aku pulang tengah malam bahkan subuh, ia menelepon dan bertanya, apakah aku tidak pulang ke rumah. Sejak menikah, aku selalu bawa kunci rumah.Saat anak kami Alliya Sonia Azarena lahir, lengkap sudah kebahagian kami.
Satu hal yang aku salut padanya, salat lima waktunya tak pernah tinggal. Setelah ikut ESQ ia memutuskan memakai jilbab. Ia rajin menjadi guru anakku saat mengerjakan tugas sekolah. Ikut kursus bahasa Inggris agar bisa komunikasi dengan guru anakku karena bahasa pengantar di sekolahnya bahasa Inggris.
Beberapa kali, aku membuatnya jengkel. Suatu pagi, aku pergi dengannya membeli sarapan pagi. Setelah memutar mobil, aku kelupaan menjemputnya dan terus melaju di warung tempat ia membeli sarapan. Aku lupa, ha..ha..ha! Ia hanya cemberut melihat aku tertawa-tawa.
Pernah pula, saat mengantarnya belanja ke pasar pagi, aku pergi ke mobil boks yang mendistribusikan koran. Aku baru sadar, istriku sudah kelamaan di tengah keramaian pasar. Aku mencarinya, tapi tak ketemu. Jangan-jangan, ia sudah menunggu di mobil membawa belanjaan.
Celakanya, kami tak membawa handphone. Ternyata benar. Dari jauh kulihat ia berdiri di antara tumpukan belanjaan, sambil menangis terisak-isak. Oalah, istriku. Kalau ia kesal, dnegan ulah kedua anakku,ia juga menangis tersedu-sedu.
Ia juga bukan wanita yang suka jaga gengsi. Kendati aku menjabat sebagai pemimpin redaksi, ia tak malu-malu bikin kue, lalu dijual di kantir kantor. Aku yang disuruh mengantar penganan itu dan mengutip uang penjualannya. Suatu pagi, karena ngerem mobil mendadak, kue-kue itu berhamburan dalam mobil.
Satu persatu, kupungut kembali lalu aku tiup agar tidak kotor. Kue itu lalu dititipkan ke kantin. Sorenya, kulihat kue itu hampir habis. Barulah aku cerita, tadi kue itu terserak di mobil. Ha..ha..ha..
Istriku juga pernah membuka konter kosmetik di mal. Tiap hari ia ke mal berjualan. Namun, hanya bertahan delapan bulan lantaran mal itu semakin sepi. Pernah pula ia menjual pakaian secara kredit kepada ibu-ibu di komplek atau wirid pengajian.
Benarlah kata orang. Istri yang baik akan menjadi pendorong semangat suami. Aku bangga, istriku tak suka bergunjing, iri dan dengki seperti kebanyakan wanita. Postingan ini sebagai kado ulang tahunnya yang ke 30 tanggal 20 Juni 2008. Soal tanggal lahir ini, aku dan istriku serta kedua anakku, semua lahir tanggal 20 tapi bulannya berbeda. ***

0 comments:

Post a Comment