Menjadi Wartawan Pemula

Posted by Jammes 6/12/2008 0 comments
Kenal dengan Rachmania Arunita? Kalau kamu menonton film Eiffel I,m in Love, dialah penulis ceritanya dan merampungkan novel itu saat berusia 15 tahun. Kini, penulis muda itu dikontrak PT Soraya Intercine Film selama empat tahun untuk menulis novel. Luar biasa bukan?

Banyak orang bercita-cita menjadi Dokter, Insinyur, Pengusaha atau bahkan jadi Presiden. Artinya, persaingan untuk menggapai cita-cita seperti ini, juga makin sulit. Tapi, tidak banyak orang bercita-cita menjadi penulis ternama atau wartawan terkenal. Kenapa tidak memilih yang sedikit ini?
Menulis itu gampang, bagi yang sudah melakukannya. Tapi, bisa susah setengah mati buat mereka yang baru mulai. Nah, bagaimana caranya, atau apa yang harus dilakukan seorang penulis atau wartawan pemula?
Pertama, tanamkan sugesti positif. Ini untuk memompa semangat dan mensugesti diri sendiri. Katakan pada dirimu, Ayo, kamu pasti bisa! Saya ingin menjadi penulis ternama. Semangat menulis ini harus dijaga agar jangan sampai kendor. Seperti kata pepatah, dimana ada kemauan, disitu ada jalan.
Kedua, rajinlah membaca. Sebab, membaca adalah jendela ilmu pengetahuan. Dengan membaca, kita bisa memahami gaya bahasa, sistimatika dan cara menuliskannya secara runtun, mudah dicerna, menarik dan tidak bertele-tele. Membaca bagi orang penulis atau wartawan, ibarat bensin pada sepeda motor. Membaca akan melahirkan inspirasi. Kemampuan mengembangkan inspirasi ininlah seni menulis atau mengarang.
Ketiga, belajar menulis itu ibarat belajar berenang atau naik sepeda. Sebanyak apapun teori berenang atau belajar sepeda, tidak ada gunanya kalau Anda tidak mencobanya. Dengan kata lain, Anda tidak akan bisa menulis kalau tidak menuliskan pena di kertas. Kuncinya adalah, berlatih dan terus berlatih. Ingatlah kata Thomas Alva Edison, jenius itu satu persen inspirasi, 99 persen cucuran keringat. Maka dari itu, mulailah menulis.
Keempat, tekad dan motovasi yang kuat, ulet, tidak mudah putus asa, terus berlatih dan berlatih, mengembangkan ide dan kemampuan, merupakan modal dasar bagi penulis pemula. Anda bisa melakukan menulis bebas (free writing), temannya apa saja, termasuk uneg-uneg masalah disekitar kita. Jangan berharap langsung bagus. Hasilnya didiskusikan dengan teman dekat kita. Lalu lakukan penulisan ulang sekaligus editing, agar tulisan itu enak dibaca, padat, tidak ada kata-kata mubazir dan tidak bertele-tele.
Kelima, seorang penulis haruslah orang yang berwawasan luas yang diperoleh dari membaca. Sebagai penulis, ada baiknya Anda mengumpulkan referensi atau rujukan. Bisa berupa kliping artikel, cerpen, puisi atau apa saja yang menarik bagi Anda. Setelah itu, belajarlah mencintai buku dan lama-lama kelamaan bisa mempunyai perpustakaan pribadi. Seorang penulis juga seorang intelektual yang selalu haus dengan ilmu pengetahun. Tapi harus diingat, jangan menjiplak atau jadi plagiator.
Nah, anggaplah kini Anda sudah mulai menulis. Setiap kejadian yang Anda lihat atau alami serta dirasakan bisa ditulis. Termasuk apa yang dibicarakan orang, direkam di kepala atau dicatat menjadi bahan karangan. Apapun yang Anda tulis, jangan langsung puas. Setelah itu, tulisan tadi dikoreksi, dibaca, diteliti dan direnungkan Lalu, kemana tulisan Anda dikirim? Anda bisa mengirimkan ke surat kabar sebagai surat pembaca. Misalnya, tulisan tentang keluhan anak-anak SLTP atau SMU yang selalu kepanasan saat bubaran sekolah menuggu angkutan lantaran tidak ada halte. Atau, masalah-masalah lain yang Anda amati dilingkungan Anda. Biasanya, surat pembaca berupa tulisan yang menyakut kepentingan orang banyak. Tentu saja redaktur surat kabar itu tidak akan memuat tulisan Anda tentang ungkapan kekecewaan terhadap pacar Anda atau surat cinta. Ini pasti akan masuk keranjang sampah. Atau, bisa saja tulisan Anda dikumpulkan, lalu mulailah membuat majalah dinding di sekolah.
Seperti kita ketahui, pesatnya perkembangan media massa juga membuka kesempatan yang lebih besar bagi para penulis untuk mengisi rubrik-rubrik yang disediakan surat kabar tersebut. Naskah atau tulisan yang dikirim ke media massa, biasanya akan mendapat honor. Namun, sebagai penulis pemula, Anda jangan terlalu mempermasalahkan soal honor tersebut yang berkisar antara Rp. 15.000 sampai Rp. 300.000. Yang penting, mutu tulisan Anda terus meningkat dan Anda akan jadi terkenal.
Banyak penulis pemula yang patah semangat, ketika tulisannya tidak dimuat di Koran. Akibatnya, ia mundur secara teratur dari dunia tulis menulis. Padahal, bisa saja penulis baru tadi salah alamat mengirimkan tulisan ke Koran. Misalnya, ia mengirim tulisan ke Koran yang tidak meyediakan halaman opnini, tentu saja artikelnya tidak akan dimuat. Masalah lain, karena tuilisan yang dikirimkannya terlalu panjang, atau terlalu pendek.
Jika tulisan itu sudah diperbaiki, tapi tidak dimuat juga, Anda harus bertanya dimana letak kekurangan tulisan saya? Jangan segan-segan dating ke kantor redaksi surat kabar menanyakan kelemahan tulisan Anda. Mungkin saja tulisan Anda tidak akurat, datanya tidak lengkap dan sebagainya.
Nah, bagaimana kalau mau menjadi wartawan pemula? Seorang wartawan haruslah memiliki sifat dasar seperti sikap kritis, rasa ingin tahu yang besar, pengetahuan luas, pikiran terbuka, pekerja keras dan cerdas. Ia juga harus tekun dan terus belajar. Di kepalanya, selalu ada pertanyaan dan tidak membunuh pertanyaan itu.
Tentu saja seorang wartawan harus menguasi teknik jurnalistik seperti; menulis berita, menulis artikel atau feature, teknik wawancara dan reportase atau laporan pandangan mata. Ia harus menguasi bidang liputan dan menaati kode etik jurnalistik. Kenapa wartawan punya kode etik? Sebab, wartawan adalah profesi yang mulia, sama seperti dokter atau pengacara yang juga harus mematuhi kode etik.
Menulis berita secara sederhana diartikan sebagai laporan sebuah peristiwa atau kejadian menarik. Alur peristiwa itu biasanya dilaporkan dengan konsep WHAT (apa) WHO (siapa) WHERE (dimana) WHEN (kapan) WHY (mengapa) dan HOW (bagaimana). Rumusan ini biasanya disebut 5W + 1 H. Dengan rumus ini, bisa kita susun peristiwa APA, yang terlibat SIAPA, terjadi KAPAN dan lokasinya DIMANA, serta MENGAPA bisa terjadi serta BAGAIMANA ceritanya.
Dalam menulis sebuah berita, biasanya dipakai struktur piramida terbaik, yang terdiri dari judul, teras berita (lead) isi tubuh berita dan penutup. Ini dilakukan agar bagian yang penting masuk ke dalam seluruh berita dan bagian yang kurang penting (yang bisa dipangkas atau dibuang redaktur) dibagian bawah. Yang tidak boleh diabaikan saat menulis berita ada tiga hal. Yakni, akurasi, akurasi dan akurasi. Sebab, kalau beritanya tidak akurat, asalan-asalan dan salah, Koran itu tidak akan dipercaya pembacanya dan tidak akan laku. Hasil kerja liputan wartawan, selalu dievakuasi dalam rapat redaksi.
Ada beberapa cara untuk mendapatkan berita. Antara lain melalui wawancara dengan nara sumber dan melaporkan hasil wawancara itu, reportase yakni melaporkan peristiwa dari pandangan mata. Saat inilah wartawan bekerja menggunakan panca indranya, menggambarkan suasana dan sebagainya.
Ada pula yang disebut hasil riset, yakni Anda meneliti dan membaca dokumen, sumber-sumber kepustakaan dan data-data lainya. Data dan informasi itu disajikan secara sederhana sehingga mudah dimengerti pembaca. Ingat, pembaca surat kabar adalah orang yang hanya tamat SD sampai professor.
Dan yang terakhir adalah investigasi. Cara kerja wartawan investigasi ini mirip kerja ditektif yang secara terus menerus dan tak kenal lelah mengumpulkan data dan fakta untuk mengungkap sebuah kasus.
Investigasi adalah karya jurnalistik yang bernilai paling tinggi. Misalnya, Anda meliputi kasus korupsi yang merugikan negara, penjualan ABG dan kasus-kasus besar lainnya. Jika ingin tahu bagaimana kerja wartawan investigasi ini, Anda bisa menonton film All the President Man yang membongkar kasus presiden Amerika. Atau tulisan majalah Tempo soal skandal pembelian kapal bekas.
Kendati sekilas jadi wartawan itu sesuka hati, dalam bekerja wartawan harus disiplin. Sebab, wartawan punya jadwal kerja yang ketat dan dikenal dengan istilah dead line (batas akhir) sebelum Koran dicetak. Sekali ia molor, akan merusak jalur distribusi dan Koran terlambat sampai ke pembaca.
Seorang wartawan juga harus punya perencanaan kerja dan kreativitas yang tinggi. Ia juga harus bisa bekerja sama dalam tim, punya tanggungjawab dan daya juang dan daya jelajah, jujur dan bekerja berdasarkan hati nurani.
Modal bakat saja, tidak cukup untuk menjadi wartawan. Seorang wartawan harus menyadari, ia mencari, mengolah, menyimpan dan ,menyampaikan informasi kepada masyarakat yang memiliki hak untuk mengetahui (right the know) membela keadilan dan kebenaran. Wartawan juga harus memiliki kemampuan yang terukur dan makan sekolahan. Itu sebabnya, menjadi wartawan harus seorang sarjana. Tapi, bagi wartawa pemula seperti Anda, mengasah kemampuan sejak dini akan melahirkan wartawan-wartawan handal di masa depan.
Dalam menjalankan profesinya, wartawan profesional memiliki landasan moral bersama yang disebut etika jurnalistik sebagai koridor wartawan menjalankan tugasnya. Etika tersebut menyakut aturan, kaidah, norma-norma dan kesusilaan yang mengikat suatu masyarakat.
Wartawan juga harus menghormati sumber berita seperti informasi off the record, melindungi identitas sumber berita apabila membahayakan bagi dirinya serta check dan recheck untuk menjaga akurasi berita. Wartawan adalah manusia yang juga bisa sehingga ia harus melayani hak jawab dan hak koreksi apabila ia salah dalam menuliskan sesuatu. Wartawan tidak boleh menghakimi orang (trial by press) dan selalu mengedepankan azas praduga tak bersalah serta memahami UU Nomor 40 tentang pers.
Karir seorang wartawan, juga berjenjang. Mulai dari calon reporter atau reporter yang bertugas memburu berita di lapangan, menempati pos-pos liputan dibawah koordinator liputan. Lalu, ada redaktur yang mengedit dan mengolah berita-berita tersebut yang dikomandani redaktur pelaksana, dan pengecekan terakhir dilakukan Wakil Pimpinan Redaksi atau Pimpinan Redaksi.
Nah, tidak mudah menjadi wartawan bukan? Tapi, juga tidak sesulit yang Anda duga. Dalam pelatihan ini, paling tidak Anda sudah mendapatkan gambaran secara umum bagaimana menjadi penulis dan wartawan pemula. Sebagus apapun teori-teori dan isi makalah ini, tidak ada manfaatnya kalau Anda tidak pernah mencoba menulis. Nah, dari sekarang, mulailah menulis.****

Batam, 28 Juni 2004
Disampaikan dalam pelatihan jurnalistik dan internet Pelajar SLTP dan SMU Se-Kepulauan Riau di Hotel Plasa, batam pos
* Penulis adalah Penanggungjawab/Pimpinan Umum Batam Pos dan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Batam

0 comments:

Post a Comment