BLOG: Kekuatan Media Baru

Posted by Jammes 6/05/2008 0 comments

BLOG. Kata ini makin akrab di telinga kita. Apalagi, di mal-mal, cafe-cafe,bandara dan tempat rehat, makin banyak orang menenteng laptop dan notebook, berselancar di internet. Dan Batam merupakan kota yang memiliki hotspot terbesar di Sumatera. Mengapa makin banyak jumlah weblog atau blog? Apakah blog menandai lahirnya kekuatan media baru?

Lihatlah angka-angka ini. Technorati, lembaga penelusur blog, mendapati kenyataan jumlah blog bertambah dua kali lipat setiap bulan. Blog kini 30 kali lebih banyak dari tiga tahun lalu. Setiap hari tercipta 70.000 blog baru di seluruh dunia. Sampai akhir tahun 2005 saja, ada 20,1 juta blog.
"Sejumlah laporan memperkirakan, kini telah tercatat 50 hingga 100 juta blog di seluruh dunia. Sepuluh persen pengguna internet membaca blog sekali atau lebih dalam seminggu," tulis Bowman dan Willis mengutip hasil survei Forester Research.
Bagaimana di Indonesia? Belum ada penelitian berapa angka pastinya. Namun, dengan makin banyaknya penyedia gratis untuk membuat blog seperti Blogspot atau Blogdrive, diperkirakan pengguna blog negeri ini membengkak dari hari ke hari. Apa yang bisa dicermati dengan kehadiran blog dimana-mana dan membengkaknya penggunaan internet di seluruh dunia?
Blog awalnya lahir sebagai sebuah gaya hidup masyarakat urban yang melek internet. Tetapi sekarang, anak-anak muda, eksekutif, sudah tersambung ke internet memiliki blog. Justin Hall (34) yang juga seorang wartawan freelance, dianggap sebagai blogger pertama karena menulis catatan hariannya di internet tahun 1994.
Istilah weblog diperkenalkan Jorn Barger pada 17 Desember 1997, sementara kependekannya, blog, diciptakan Peter Merholz dua tahun kemudian. Pemilik blog disebut blogger. Xanga, penyedia blog, yang diluncurkan tahun 1996 semula hanya memiliki 100 catatan harian pada tahun 1997. Akan tetapi, sampai Desember 2005 Xanga sudah meluncurkan 50 juta blog.
Tahun 1998 muncul Open Diary dan setahun kemudian Brad Fitzpatrick meluncurkan LiveJournal. Masih di tahun yang sama muncul Pitas.com dan Diaryland, juga Evan William dan Meg Maurihan yang meluncurkan Blogger.com, yang kemudian dibeli Google tahun 2003.
Pemilik blog bisa saling tersambung satu sama lain berkat hadirnya permalinks, blogrolls, dan TrackBacks, yang bersama mesin pencari atau pelacak jejak blog memungkinkan para blogger tersambung sesuai minat masing-masing.
Kehadiran blog memungkin orang memiliki media sendiri dan bisa tersambung dengan warga dunia lainnya, tanpa mengenal sekat batas wilayah dan negara sehingga menciptakan komunitas yang demikian besar.
Saat internet makin populer di mata anak-anak muda, awalnya mereka senang melakukan chatting. Tapi kini, dengan makin banyaknya blogger, mereka makin suka membuka blog miliknya atau berkunjung ke blog temannya (blogwalking). Penyedia blog gratis seperti Friendster dan Blogspot menjadi rujukan terfavorit.
Padahal, masuk ke dalam kategori personal media di dunia maya selain blog adalah video blog (vlog), foto blog (photoblog), dan audio blogpodcast). Orang bisa meng-up load (memuat) video, foto, maupun musik di blog masing-masing.
Inilah realitas media internet, lengkap dengan serbuan variannya, mulai blog, jurnalisme warga (netizen), online berita, sampai metamorfosis sebuah koran menjadi koran online. Blog mulanya diciptakan sebagai catatan harian elektronik. Sebelum blog lahir, cikal bakalnya antara lain e-mail, mailing list, usenet, dan bulletin
board system.
Menurut Budi Putra, yang memulai karirnya sebagai wartawan Singgapang, Padang lalu menjadi wartawan Tempo dan kini memutuskan hidup sebagai blogger dan menjabat sebagai CEO Asian Blogger Network, fenomena blog di Indonesia mulai marak sejak tahun 1997 dalam format yang sederhana, yakni sebagai online diary journal atau catatan harian atau jurnal elektronis.
Kehadiran situs personal web di beberapa domain di antaranya Geocities dan Tripod, juga bagian dari perkembangan awal dunia blog. Format itu disempurnakan pada 2001 dan menjadi populer pada 2003 - 2004.Setelah itu, blog berkembang luas. Dari semula hanya sekadar "personal log", materi blog lalu didominasi isu-isu teknologi dan masalah sosial.
Kini, materi dalam blog makin spesifik, dan semakin terbatas pada topik bahkan subtopik (contoh: teknologi – teknologi informasi). Sejumlah topik paling hangat saat ini adalah kuliner dan tips kesehatan.
Blog tidak hanya bisa menjadi sarana mengekspresikan diri, tetapi juga dapat memberi manfaat komersil. Pasalnya, blog telah menjadi media iklan baru yang makin dilirik. Blog kini menjadi pilihan baru dunia usaha dalam mengkomunikasikan bisnis mereka.
Blog juga memiliki daya tembus dan penetrasi massa yang cukup mengejutkan. Sebab, kini ada blog yang dikunjungi ribuan orang setiap harinya. Jika media cetak seperti koran dilihat dari segi oplahnya, televisi dari sisi rating, maka blog dan situs internet memiliki sistem statistik untuk mengenal pembacanya yang disebut traffic berisi data jumlah pengunjung per satuan waktu tertentu, serta berapa banyak "halaman" yang diakses setiap pengunjung.
Satu keuntungan lain blog adalah sistem RSS field yang memungkinkan blog di-subscribe oleh "konsumen" melalui email. Blog memang tidak dapat menyamai situs internet dalam hal jumlah pengunjung, namun batasan topik dalam blog menciptakan "pengikut" yang lebih "berkualitas" karena beberapa alasan seperti; kesamaan minat, orientasi yang jelas, serta kesetiaan.
Namun semua keunggulan blog itu tidak akan berguna dalam menjaring pengunjung dan mempertahankannya tanpa kelansungan dan konsistensi dalam memperbarui materi blog. Kuncinya adalah passion pemilik blog atas apa yang dia kerjakan.
Pertanyaannya, apakah blog produk jurnalistik? Menurut Budi Putra, blog tidak bisa dikategorikan sebagai produk jurnalistik. Sebab, jurnalisme adalah proses yang harus melalui berbagai tahapan pengerjaan dan melibatkan kelompok kerja, bukan individu.
Kurangnya proses verifikasi, maupun kurangnya "tekanan" formal untuk melaksanakan prosedur jurnalistik yang utuh dalam menyusun materi blog, adalah beberapa alasan lain. Kendati yang ngeblog adalah wartawan, menurut Budi materi dalam sebuah blog bisa saja sama baiknya atau bahkan jauh lebih unggul dari produk-produk jurnalistik
tertentu pada media massa. Namun proses jurnalistik kolektif yang tidak dilalui produk blog, menurut dia, membuat blog tidak dapat dikategorikan sebagai produk jurnalistik. ***

0 comments:

Post a Comment