Sepak Bola

Posted by Jammes 6/30/2008 1 comments

Hari ini, Senin 30 Juni 2008 headline koran-koran umumnya masih berkutat soal kecelakaan pesawat Cassa TNI AU atau (Kompas,Republika) dan dugaan suap menteri (Koran Tempo) dan koran-koran lokal di Batam memilih berita Anwar Ibrahim. Sedangkan Batam Pos, memilih berita utama soal kejayaan tim sepakbola Spanyol yang menumbangkan kedigjayaan Jerman dengan skor 1-0. Mengapa Batam Pos memilih juara Euro 2008 sebagai berita utama?

Saya merasa, ini pertandingan klimaks, pada saat dukungan orang terbelah antara semangat matador Spanyol dengan mental juara Jerman. Saya menelepon Wapimred dan Redpel Batam Pos jam 1.00 dinihari agar menunggu berita pertandingan itu. Hasilnya, hanya Batam Pos yang menerbitkan berita itu di halaman depan. Judulnya tegas. Spanyol Juara!
Pada sepakbola kita belajar berorganisasi, kerja sama dan semangat tim yang bisa menghasilkan kemenangan. Lihatlah, postur tubuh yang kurang tinggi pemain Spanyol tidak menghalangi mereka saat berhadapan dengan pemain Jerman yang rata-rata 185 centimeter. Juga bagaimana menggelar even kolosal dengan biaya triliunan, menjinakkan suporter dan membuka negaranya untuk tamu-tamu yang berdatangan.
Jujur saja, saya tak mengerti sepak bola. Pada Euro 2008 ini, saya malah kalah tiga kali bertaruh. Pertama, pegang Turki saat melawan Jerman, lalu pegang Rusia saat melawan Spanyol dan terakhir pegang Jerman saat melawan Spanyol. Tapi tak apalah. Toh, komentator, wartawan olahraga dan analis bola pun sering salah tebak. Padahal, mereka membaca dan mengikuti pertandingan dan tahu persis kekuatan dan kelemahan lawan.
Boleh saja nama saya Socrates, pemain sepakbola Brazil yang juga dokter gigi itu. Tapi, sekali lagi, saya tidak mengerti sepakbola. Malah, kadang-kadang saya heran, kok satu bola dikejar-kejar 22 orang dan disepak ke sana-kemari. Saat masih kecil sampai SMP, saya memang ikut-kutan main bola sesama anak di kampung saya.
Saya mulai agak serius berpikir tentang sepakbola. Sebab, saat kuliah saya dipercaya menjadi ketua Unit Kegiatan Olahraga Universitas Andalas. Unit kegiatan yang setara dengan Menwa, Mapala itu tugasnya mengurusi olahraga di tingkat mahasiswa di semua fakultas. Jadi, mau tak mau saya harus mengurusi soal tenis, takraw, pencaksilat, basket, volley ball dan sepak bola. Pokoknya, semua cabang olahraga. Setiap ada kejuaraan nasional mahasiswa, saya selalu menjadi team managernya.
Dari semua cabang, yang agak sulit mengurusi sepakbola. Sebab, orangnya banyak dan butuh biaya besar. Saat membawa tim Universitas Andalas bertanding ke Pekanbaru, saya melakukan kesalahan fatal. Saya memberi seluruh pemain obat penambah stamina. Hasilnya, mereka tak bisa tidur dan digasak pemain lawan. Saya terkejut selesai makan lantaran harus membayar lebih besar dari anggaran makan tim. ''Ya, gimana. Mas-mas itu makan lauknya tiga,'' kata wanita pemilik restoran, menjawab kekagetan saya kok tagihannya besar.
Tamat kuliah, praktis saya tak pernah lagi bersentuhan dengan sepakbola. Sebab, saya memang bukan hobi dan gila bola. Tapi, lagi-lagi saya harus mengurusi sepak bola. Pak Rida K Liamsi, bos saya yang mantan penjaga gawang di masa mudanya, menggelar turnamen Riau Pos Grup tahun 2007 di Pekanbaru. Saya ditunjuk menjadi team manager divisi regional Batam. Yang ikut adalah tim dari Pekanbaru, Padang, Medan dan Batam.
Agar saya kelihatan suka sepakbola dan tampak agak mengerti, sebelum bertanding melawan Medan, saya juga ikut-ikutan latihan. Lari-lari dan menendang-nendang bola. Pakai seragam pula dan ikut berfoto bersama. Hitung-hitung sambil olahraga, pikir saya. Apalagi, pemain kami kurang, totalnya hanya 14 orang dan saya bersiap-siap jadi cadangan. Tapi, sampai kompetisi selesai, tak sekalipun saya turun bertanding.
Hasilnya, tanpa diduga tim Batam menjadi runner-up, kalah dari Pekanbaru di partai final. Kami mendapat hadiah Rp15 juta. Dan diputuskan, tahun 2008 Batam menjadi tuan rumah RPG Cup tersebut. Bulan lalu, saya mulai lagi bersentuhan dengan sepakbola. Kami memulai program latihan menghadapi kompetisi yang direncanakan akhir Juli 2008 itu. Mulai dari persiapan latihan, mencari lapangan, konsumsi pemain dan sebagainya.
Sejak awal, saya menyadari, saya membutuhkan rancangan kerjasama yang kuat untuk membentuk tim yang tangguh. Perlu ada team manager, official dan pelatih sehingga pemain bisa berkonsentrasi latihan dan meningkatkan kemampuannya. Saya tidak mau seperti selama ini, pemain juga sibuk mencari lapangan, mengontak pemain lain lalu tiba di lapangan bermain bola.
Akhirnya, saya berhasil mengajak Jessi Mustamu, mantan pemain Niac Mitra tahun 80-an dan mantan pelatih PS Batam. Tangan Jessi yang mengantarkan PS Batam masuk ke divisi II. Saat bertemu Jessi pertama kali, saya yakin ia bisa menangani tim Batam Pos yang merupakan gabungan pemain dari percetakan Bintana, Graha Pena, Posmetro Batam, Batam TV, Batam News dan Batam Pos sendiri. ''Tim sepakbola itu yang penting organisasinya dulu yang harus dibenahi,'' kata Jessi.
Sebelum ditangani Jessi Mustamu, tim Batam Pos sudah beberapa kali latihan. Pemanasan, lari keliling lapangan dan main bola yang ditandai satu tim buka baju. Saat latih tanding lawan PS Garuda Legenda Malaka, lansung kelihatan kerjasama tim Batam Pos belum solid. Batam Pos kalah 1-2. Lalu, saat uji coba melawan PS Rileks, Batam Pos dibantai 10-0 tanpa balas. Beberapa pemain Rileks adalah mantan pemain andalan PS Batam.
Meski uji coba, saya kecewa. Tapi, medapat lawan latih tanding yang jauh lebih perkasa, saya kira akan memberi pelajaran berharga buat tim ini. ''Saya optimis tim ini bakal kuat. Yang perlu dilakukan adalah membenahi dasar-dasar bermain sepakbola,'' kata Jessi, membesarkan hati saya. Dan, Senin (30/6) kemarin, latihan bersama Jessi dimulai. Mereka diajarkan teknik dasar bermain sepakbola, passing dan kontrol bola serta sprint. Selain teknik dasar, juga melatih fisik pemain.
Begitulah. Sepakbola olahraga yang paling digemari orang sejagat itu, kini mulai menarik perhatian saya. Meski saya tidak mengerti sepakbola, saya senang bagaimana orang-orang mengorganisir dirinya dalam sebuah kerjasama. Belajar bagaimana bertahan dan menyerang, menyusun stretegi dan sebagainya. Tidak mudah memang. Jadi, berhentilah mencaci maki orang yang mengurus sepakbola. Sebab, Anda atau saya, belum tentu bisa. ***

1 comments:

Sri Ruwanti said...

Ini yg difoto orang batampos semua ya. Koq gak ada yg kayak cover boy sih.hehhehe

Post a Comment