Jurus Meliput di Lapangan

Posted by Jammes 5/13/2008 0 comments
Tulis Ringkasan Postingan Anda

Delapan tahun paska tumbangnya Soeharto, konflik di tanah air masih tak padam. Mulai Aceh, Poso, Ambon sampai Papua, benturan terusberkobar. Mau tidak mau, jurnalis terseret ke garis depan. Bagaimana meliput konflik dan tak jadi korban? Bagaimana meliput berita ekonomi dan bisnis? Banyak pertanyaan di benak wartawan dan diharapkan postingan ini memberikan jawabannya.

SEJAK awal berdirinya, organisasi jurnalis sedunia, International Federation Journalist (IFJ), menaruh perhatian lebih pada kesela-ma-tan jurnalis yang meliput di daerah konflik. Karena itulah, berdasarkan rangkuman pengala-man jurnalis senior di berbagai media internasional, lembaga ini getol merilis panduan peliputan di daerah konflik, yang terus diperbarui sesuai perkembangan terkini.
Yang akan dibahas adalah enam jurus peliputan di daerah konflik, berdasarkan pelatihan jurnalis sadar konflik yang diadakan IFJ di Sri Lanka. Negara di kaki anak benua India itu memang berpuluh tahun dikoyak konflik dengan gerilya-wan Tamil.
Keenam jurus ini layak diperhatikan jurnalis di tanah air. Meski bias jadi anatomi konflik di negeri kita berbeda, tapi pedoman umum ini bisa jadi acuan dalam melaporkan situasi berbahaya.
Pertama, jurnalis harus mengerti konflik yang diliputnya. Dengan memahami apa yang menjadi akar masalah, maka jurnalis juga bias mengerti dan menganalisa berbagai ke-mungkinan jalan keluar atas konflik itu.
Kedua, jurnalis harus membuat berita dengan berimbang. Untuk mencapai taraf imparsialitas yang optimal, jurnalis ha-rus melaporkan segala sesuatu yang ada atau yang terjadi dalam peliputannya di daerah konflik, dengan jernih dan jelas.
Ketiga, jurnalis harus memberitakan atau melaporkan latar belakang dan semua kasus yang berkaitan dengan konflik itu, secara akurat. Tanpa kenal lelah, jurnalis harus terus mengingatkan masya-rakat apa yang jadi pokok persoalan konflik. Ini jauh lebih penting daripada melulu menggambar-kan efek negatif konflik tanpa gam-baran penyelesaian, yang bisa jadi justru melanggengkan persoalan.
Keempat, jurnalis berkewajiban menggambarkan sisi ke-manusiaan konflik. Ini bisa dilakukan misalnya dengan me-ngangkat cerita ten-tang trauma korban. Tapi, jangan sampai ada eksploitasi korban.
Kelima, jurnalis harus memberitakan usaha-usaha perda-maian sebagai jalan keluar konflik.
Keenam, jurnalis harus selalu berhati-hati menimbang dampak pemberitaannya dan pengaruhnya pada keselama-tan jiwa mereka yang berada di daerah konflik.

0 comments:

Post a Comment