Lihat Kebun Bungaku

Posted by Jammes 5/20/2008 1 comments
Keinginan punya kebun bunga, akhirnya terkabul juga. Selain menyalurkan hobi bercocok tanam, lingkungan jadi asri, bisa dapat uang pula. Inilah cerita kebun bungaku--yang belum diberi nama--di tikungan jalan kompleks Taman BPD Indah, Batam Centre.

Sudah lama saya ingin punya kebun bunga. Lantaran dapat membeli rumah di bukit yang dipotong, ada buffer zone berbentuk tebing dan bisa memandang jalan raya. Tebing di depan rumah itu, saya jadikan taman. Kebetulan, ada adik kelas di INS Kayutanam dulu yang jago bikin relief.
Dulu, tebing di depan rumah itu penuh rumput ilalang dan paritnya kotor. Sekali tiga bulan, saya panggil tukang potong rumput membabatnya. Apalagi, dua rumah di sebelah rumah saya dibiarkan kosong oleh pemiliknya.
Kalau sekitar rumah tak dibersihkan, nyamuk merajalela.
Kebetulan, saya dipercaya warga menjadi Ketua RW selama tiga tahun. Saya sering pulang malam dan bertemu dua satpam kompleks. Sering ia mengeluh lantaran gajinya tak cukup. Apalagi kalau ada warga yang menunggak uang keamanan. Bagaimana saya bisa membantunya?
Spontan, saya tawarkan kepadanya, apakah ia mau merangkap jadi tukang kebun? Jadi, gajinya bisa dobel. Petrus, warga Flores itu mau. Lantaran ia tak tahu berkebun bunga, saya belikan buku dan menyuruhnya membaca. Ternyata, berbisnis bunga bisa menghasilkan uang banyak. Yang penting, Anda hobi berkebun bunga.
Ada dua ancaman berkebun bunga. Yakni bunga bisa mati karena tidak dirawat atau salah media tanamnya dan dicuri orang. Saya pernah mengalaminya. Bunga aunthurium yang sudah keluar dua bonggolnya digasak maling dari teras rumah.
Sejak bulan Mei 2007 itulah, saya mulai berburu bunga. Beruntung, saya bisa membeli berjenis-jenis bunga termasuk puluhan bakalan bonsai beringin Rp300 ribu. Banyaknya satu lori! Saya juga mengurus izin peminjaman lahan ke Otorita Batam. Luas kebun bunga saya lumayan. 100 meter x 8 meter, termasuk tebing.
Saya mulai membeli bunga, meski dalam jumlah terbatas. Mulai dari Sekupang, Batuaji hingga saya beli kalau kebetulan keluar kota seperti ke Natuna, Pekanbaru, Payakumbuh, Jakarta. Malah, ada bunga yang saya datangkan dari Surabaya dan Medan. Tak terasa, beli pot, polibag, tanah hitam, gaji tukang kebun, bikin gazebo menelan dana yang cukup besar hingga puluhan juta.
Kadang-kadang, saya merasa seperti gila bunga. Di pekanbaru, saya beli bunga murah yang ditanam di pot kaleng bekas dan berkarat. Bunga itu saya bawa ke hotel. Bagaimana cara membawanya. Tanahnya saya gali pakai sendok, lalu dimasukkan ke plastik dan dibungkus kardus. Tanah di kamar mandi yang berserakan saya semprot sampai bersih. Bunga jenis keladi itu laku Rp15 ribu satu pot.
Lama-lama, tak kuat juga di kantong beli bibit bunga. Kadang-kadang, pada hari Minggu saya ke hutan berburu pohon yang bisa dibonsai. Beberapa di antaranya mati, tapi ada juga yang hidup. Pelan tapi pasti, kebun bunga saya mulai terisi berbagai jenis bunga dan tanaman. Selama setahun, apa hasilnya?
Hasil penjualan bunga jauh dari memadai. Tampaknya, butuh kesabaran mengurus kebun bunga. Tapi, yang saya senang, warga di kompleks saya ikut senang melihat kebun bunga itu. ''Nah, ini baru namanya Taman BPD Indah, ya pak,'' kata mereka. Soalnya, meski namanya pakai Taman, tidak ada taman di komplek itu.
Kalau biasanya saya panggil tukang potong rumput, akhirnya saya beli mesin potong rumput buatan China seharga Rp800 ribu. Awalnya, saya tidak tahu bagaimana menjalankan mesin itu. Ya, coba-coba saja. Eh, lama-lama jadi bisa. Memang, pada awalnya tubuh dan tangan rasanya bergetar memakai mesin yang digantung di punggung itu. Kompleks saya pun makin bersih.
Meski selama setahun saya evaluasi hasinya hanya beberapa ratus ribu rupiah saja,saya tetap optimis. Apalagi, sejak bulan April 2008 lalu, saya bekerja sama dengan Mas Bambang, pemilik Anugrah Rose Nursery. Ia termasuk pedagang bunga kelas atas di Batam.
Ia setuju join dengan saya setelah melihat kebun saya yang strategis. Di tepi jalan menikung dan di kawasan Batam Centre ke Bandara, dibangu ribuan perumahan baru. Ia mulai mendrop ratusan bunganya dan ditata di kebun saya, eh kami. Ia juga mengirim lima orang tukang kebunnya menggarap kebun bunga itu.
Dalam tempo dua pekan, kebun bunga saya yang belum diberi nama itu, langsung berubah.Bunga ditata apik. Tebing di depan komplek itu langsung hijau dan asri. Tukang kebun itu boleh tahan. Mulai pagi hingga sore, mereka yang berasal dari Jawa Barat itu, bekerja sungguh-sungguh.
Semangat saya yang mulai luntur, bangkit lagi. Saya juga ikut bekerja menata taman. Tak heran, kulit saya jadi hitam terbakar matahari. Tapi yang jelas, tiap hari berkeringat, mandi lalu berangkat kerja. Selain itu, berkebun ternyata sungguh mengasyikkan.
Apalagi, sejak akhir April 2008, penjualan bunga saya meningkat drastis. Dua paranet pelindung bunga dipasang. Lampu taman ditambah dan akan dibangun pondokan semacam green house di ujung taman. Saya optimis, kebun bunga saya akan menjadi taman bunga yang menghasilkan. ***



1 comments:

infogue said...

artikel anda bagus dan menarik, artikel anda:
http://rumah-taman.infogue.com/
http://rumah-taman.infogue.com/lihat_kebun_bungaku

anda bisa promosikan artikel anda di www.infogue.com yang akan berguna untuk semua pembaca. Telah tersedia plugin/ widget vote & kirim berita yang ter-integrasi dengan sekali instalasi mudah bagi pengguna. Salam!

Post a Comment