Pesan untuk Wartawan Baru

Posted by Jammes 5/08/2008 0 comments
ADA banyak lubang yang bisa bikin orang terjerumus ke dunia jurnalistik. Lewat lubang mana pun, ketika kita su-dah berada di dalamnya, maka kesungguhanlah yang menentukan sedalam apa kita bisa menggali dan sampai di ujung mana kelak kita bisa mencapai. Lewat lubang manapun, berikut ini ada setengah lusin saran yang berdasarkan pengalaman bisa membantu seorang reporter baru.


1. Buatlah Perencanaan Sendiri
PADA sebuah media yang sistem kerjanya berjalan baik, rapat redaksi biasanya sudah memutuskan perencanaan berita-berita apa yang harus diliput untuk terbit pada edisi yang akan datang. Rencana berita itu biasanya dibuat oleh Redaktur dan Koordinator Liputan bersama reporter.
LALU apa gunanya perencaan yang dibuat sendiri oleh reporter? Banyak sekali. PERTAMA, rencana itu bisa diusulkan kepada redaktur. Redaktur yang baik pasti tidak akan menolak sebuah rencana berita yang baik. KEDUA, apabila rencana berita A, benar-benar mentok untuk dida-patkan, dan ada alasan yang logis bagi reporter untuk menyerah meliputnya, maka usulan yang dibuat sendiri bisa jadi rencana B. KETIGA, reporter yang punya peren-canaan berita sendiri biasanya akan menjadi seorang re-porter yang kreatif dan produktif, dan cepat dipromosikan jadi redaktur.
Contoh:
- Menghitung Untung Dagang Tahu Sumedang.
- Bisnis Mak Nyes, Ayam Penyet Vs Franchise.
- Putar Modal Lekas, Bisnis Komputer Bekas!
- Bagaimana Para Pelukis Batam Bisa Eksis?
- Siapa Tahanan di Rutan Batam yang paling Lama Hukumannya?
- Berapa Kasus Perampokan yang Belum Terungkap?

2. Banyak-banyak Berkenalan dengan Sumber
SUMBER berita adalah segalanya bagi reporter. Tak ada sumber, tak ada berita. Karena itu berkenalanlah dengan dengan siapa saja yang suatu saat pasti bakal menjadi sumber berita kita. Tukarkanlah kartu nama, dan nomor telepon. Hadirlah dalam acara-acara resmi. Di sana pasti ada berita, dan banyak orang yang kelak jadi sumber berita. Kumpulkah kartu nama mereka. Sesekali cobalah menghubungi mereka lagi.
DENGARKAH keluhan mereka, dari keluhan itu, biasa-nya bisa diangkat masalah yang juga menjadi keluhan banyak orang, dan karena itu menjadi bernilai kalau kita beritakan. Bantulah mencarikan jawaban atas keluhan itu, tentu dengan berita kita. Caranya dengan mengkonfirma-sikannya ke jawatan, dinas, atau lembaga apa saja yang terkait.
3. Cerewetlah Bertanya, Santunlah Menulis
PADA saat wawancara reporter harus cerewet, tanyalah apa saja, jangan takut tampak bodoh di depan sumber, asalkan dianggap begitu oleh pembaca. Mintalah data, pendapat. Ada banyak hal yang tidak akan diberikan oleh sumber kalau kita tidak meminta atau kalau kita tidak bertanya.
TETAPI santunlah saat menulis. Tulisan yang dibaca ha-rus runtut, lancar dan tidak memojokkan si sumber. Buat-lah sumber berita kita tampak cerdas dalam berita kita. Kita akan menjadi reporter favorit si sumber tadi, dan ke-lak dia tidak akan pelit dengan informasi lain bila mereka punya.
4. Hati-hati Menulis Nama dan Jabatan
TULISLAH nama tokoh dalam berita kita dengan benar. Benar ejaannya, benar sebutannya. Mana yang benar Akbar Tanjung? Atau Akbar Tandjung? Faisal Tanjung atau Feisal Tanjung atau Feisal Tandjung? Kalau perlu mintalah mereka menuliskan sendiri nama mereka.
KALAU seseorang punya banyak jabatan, tanyalah me-reka jabatan mana yang ingin disebutkan dalam berita. “Anda harus saya sebut sebagai apa?” Atau tawarkanlah pilihan itu sesuai dengan konteks beritanya. Misalnya, to-koh A adalah pengurus KONI yang kebetulan pengusaha properti. Kita mewawancarai dia untuk berita tentang pembangunan rumah RSS, kita tentu saja harus menye-but si sumber sebagai pengusaha bukan pengurus KONI, kan?
KALANGAN militer lebih rumit lagi. Kita harus lebih hati-hati. Nama, pangkat, jabatan harus benar-benar tepat. Kenalilah jenjang kepangkatan, pahamilah apa itu AKP, Kombes, Kasatreskrim dll.
BENAR sebutannya, misalnya Amien Rais lebih senang disebut Amien daripada Rais. Ini dipakai untuk penyebutan kedua. Untuk kutipan langsung.
Misalnya, “Saya siap jadi Presiden,” kata Amien.
Tetapi Soesilo Bambang Yudhoyono biasanya lebih senang disebut nama belakangnya.

5. Banyak Membaca dan Membandingkan
CARA meningkatkan keterampilan menulis yang paling baik adalah dengan mengevalusi berita sendiri. Simpanlah arsip berita Anda yang belum disunting oleh redaktur, lalu bandingkan dengan yang terbit di media kita sendiri. Kita jadi bisa cepat mengerti bagian mana yang diperbaiki dan bagaimana mempercantiknya.
Bandingkan juga berita kita dengan berita media lain yang kebetulan meliput peristiwa yang sama. Coba disan-ding-sandingkan. Apakah kita memilih sudut pandang yang lebih tajam? Apakah ada data yang tidak kita da-patkan? Pendeknya apa keunggulan dan kelemahan be-rita kita dibandingkan media lain.

6. Jaga Kesehatan dan Tetap Semangat
Reporter baru biasanya sangat bersemangat. Tetapi, ketika berhadapan dengan kendala-kendala di lapangan banyak yang semangatnya rontok satu per satu. Vitalitas penting. Kesehatan penting. Supaya tetap bersemangat, evaluasilah kerja Anda setiap hari. Sampaikan – tapi jangan keluhkan – perburuan Anda di lapangan kepada rekan lain atau kepada redaktur. Redaktur yang baik biasanya juga pandai mengembalikan semangat kerja reporternya.

0 comments:

Post a Comment