Anda Wartawan yang Baik?

Posted by Jammes 4/28/2008 0 comments
Wartawan datang dan pergi tapi hanya sedikit yang goresan penanya dinanti orang. Jurnalis seperti (almarhum) Muchtar Lubis di Indonesia,Lilian Ross di Amerika atau Robert Fisk di Inggris selalu dirindukan pembaca antara lain karena kejujurannya, pembawaan-nya yang menyenangkan serta pikiran dan rasa keingin-tahuan mereka yang tinggi.

Wartawan yang baik hatinya jujur. Prinsip menghalalkan segala cara tak ada dalam kamus reportasenya. Dia berani independen, dianggap pariah dan dimusuhi orang karena tugasnya. Dia sadar akan kewajibannya meng-umpulkan dan menerbitkan informasi untuk kha-layak. Dia tak pernah mencuri-curi omongan dan bukan tipe orang yang gemar publisitas. Perkataan dan perbuatan-nya sama dan sejalan. Dia suka akurasi dan selalu mengecek fakta lebih dari sekali. Dia selalu berusaha melihat dua sisi dari sebuah kejadian.
Wartawan yang handal punya ketajaman akan berita. Dia tahu kapan dan dimana mencari berita, siapa yang akan diwawancarai, pertanyaan seperti apa yang mesti ditanyakan, bagaimana mengajukannya, dan bagai-mana memverifikasi hasilnya. Dia tahu bagai-mana mengerahkan indra pengamatannya; bisa melihat dan mendengar apa-apa yang didengar orang-orang di jalanan. Dia tahu, dalam sekali pandang, apakah orang di hadapannya bercerita apa adanya atau, sebaliknya, menyembunyikan sesuatu. Dia tahu cara menelusuri dokumen, membongkar file dan melacak setiap berkas. Dia tahu apa dan bagaimana melakukan investigasi, di bidang apapun. Dia telah menyerap keterampilan jurnalistik tertinggi: kemampuan belajar bagaimana untuk belajar. Dia seorang generalis dengan satu spesialisi: rasa ingin tahu.
Wartawan yang baik bekerja lebih dari sekadar melaporkan berita. Dia bisa menggambarkan, menjelaskan dan mengintrepertasikan keja-dian-kejadian kompleks dan persoalan pelik menyangkut orang per orang dan masyarakat secara keseluruhan. Dia, misalnya, bisa me-mahami persoalan hukum superpelik, mengerti detil teknis di bidang sains dan pertahanan militer, dan bisa menggunakan pan-dangan para ahli dan pakar untuk menjawab persoalan ekonomi dan politik – dan melakukan semua itu dengan cepat.
Wartawan yang baik tahu bahwa nyawa sebuah berita – tak peduli apapun mediumnya – terletak pada kejelasan tulisan: pendek dan kata-kata yang akrab, kalimat yang sederhana dan bahasa yang elok. Wartawan yang baik orangnya aktif. Dia terus membuka mata dan telinga Anda untuk berita. Dia gemar bepergian dan berkenalan dengan atau lingkungan baru. Andai saja dia berjas, orang mungkin menganggap dia seorang diplomat karena pembawaannya yang supel. Wartawan yang baik orangnya teguh dan menjunjung tinggi fakta. Ideologinya bisa dibaca dari tulisan-tulisannya: pembelaan terhadap kepentingan publik dan perlawanan atas segala bentuk ketidakadilan.
Dia tak mudah patah semangat dan mundur karena gangguan atau kesulitan selama bekerja. Dia selalu berhasil melawan gondaan untuk mencampurkan fakta dan opini sedemikian hingga dia bisa melaporkan sebuah kejadian sekalipun orang yang diliputnya itu dibencinya sampai liang kubur.
Wartawan yang baik tahu hukum. Dia tahu soal pencemaran nama baik, penghinaan persidangan, hak-hak parlementer dan keten-traman publik. Dia akrab dengan ruang persidangan dan senang memotret drama dan ketegangan yang terjadi di situ. Dia tahu aturan kepolisian sedemikian hingga dia bisa bekerja seperti detektif dan provos. Dia mewakili kepentingan publik dengan melaporkan hal-hal yang hanya ada kaitannya dengan kepentingan masyarakat kebanyakan.
Wartawan yang baik cinta bahasa dan gemar membuka kamus. Dia hemat dalam kata — meyakini bahwa ketika akal meningkat, kata-kata menyingkat — dan suka hal-hal detail. Dia berani berperang melawan jargon dan kata sifat. Baginya, kata kerja, ibarat jendela; supaya pembaca bisa melihat, mendengar dan bahkan seolah hadir di tempat kejadian.
Tapi semua kualitas super itu, sejatinya, bukan eksklusif milik para jurnalis. Jurnalis bukan satu-satunya profesi yang secara konstan berhadapan dengan tenggat waktu. Jurnalis juga tidak memonopoli sifat teguh, berimbang dan objektif. Ada banyak profesi yang memerlukan kejelasan pemikiran dan tulisan. Jika semua kata-kata bijak jurnalis senior dan semua aturan reportase dan penulisan dapat disarikan dalam diktum untuk jurnalis, yaitu: laporkan berita dengan akurat dan tulis secara jelas.

0 comments:

Post a Comment