Wartawan dan Perempuan

Posted by Jammes 4/09/2008 1 comments

Ini kisah nyata seorang wartawan. Betapa seorang perempuan, nyaris menghancurkan karirnya, menipunya bertahun-tahun, dengan modus yang langka. Kisah ini ditulis atas seizin wartawan bersangkutan. Namanya disamarkan. Sebut saja sang wartawan Fahri, dan perempuannya Aisha, seperti tokoh dalam film Ayat-Ayat Cinta.


Fahri memulai karirnya di Batam sebagai wartawan. Ia cukup bisa diandalkan. Beritanya sering menjadi headline. Dua tahun bekerja, ia berkenalan dengan seorang gadis di atas kapal, saat ia mudik dan kembali ke Batam. Aisha yang baru berkenalan dengan Fahri, mengaku kecopetan dan kehilangan uang. Fahri datang sebagai dewa penolong.
Singkat cerita, sampai di Batam mereka berpacaran, lalu beberapa bulan kemudian menikah. Sebelumnya, Aisha tinggal bersama orangtuanya di sebuah perkampungan nelayan. Setelah menikah, mereka mengontrak rumah. Berbulan-bulan kemudian, Aisha belum juga hamil. Sementara, Fahri sering pulang malam karena tugas liputan.
Agaknya, Aisha tidak siap menghadapi hari-hari sebagai istri wartawan. Beberapa kali mereka bertengkar. Aisha pergi ke rumah temannya, malah pernah kos di tempat lain.
Mereka sempat pisah ranjang beberapa bulan.
''Ia kembali lagi pada saya. Ternyata, istri saya mengaku hamil tiga bulan,'' kata Fahri. Ia tidak tega menyia-nyiakan sang istri yang sedang mengandung anaknya. Ia menerima istrinya kembali kepadanya. Fahri makin sayang kepada istrinya. Kadang-kadang, ia ikut ke dokter memeriksa kandungan istrinya dan di USG. Tapi, Fahri tidak ikut masuk ke ruang periksa karena ia harus ke kantor.
Karena saya dan Fahri bertetangga, suatu malam istri saya bercerita, ia heran melihat Aisha yang menolak saat ingin mengelus perutnya yang sedang hamil. ''Bang, kok istri Fahri mengelak saat saya mengelus perutnya yang hamil, ya? kata istri saya. Saya langsung menegur,''Ah, tak usahlah ikut campur urusan orang lain,''kata saya.
Fahri dan Aisha yang belakangan juga pindah dan menjadi tetangga saya, akhirnya punya anak perempuan. Di rumah mereka, juga ikut tinggal dua saudara Fahri, satu perempuan dan satunya lelaki. Seperti biasa, karena tuntutan pekerjaan, Fahri sering pergi pagi pulang malam.
Nah, anak pertama mereka lahir saat Fahri sedang di rumah, usai makan sahur. Dengan alasan mau jalan-jalan pagi, Aisha pergi sendiri keluar rumah. Eh, paginya ternyata Aisha mengaku sudah melahirkan dan pergi sendirian ke rumah seorang bidan, sekitar 800 meter dari rumahnya.
Aisha pulang ke rumah membawa bayi yang masih merah, serta pakaian yang masih berlumur darah. Aisha bilang, ia diantar bidan dan bidannya langsung pergi. Fahri percaya saja dengan apa yang disampaikan istrinya. Beberapa hari kemudian, Aisha memperlihatkan akte kelahiran anak itu. ''Saat itu, saya yakin, itu anak saya,''kata Fahri, kepada saya.
Sampai anak tersebut berusia dua tahun, tidak ada masalah. Fahri amat sayang pada anaknya. Setahun kemudian, Aisha kembali melahirkan anak yang kedua. Lagi-lagi, ia melahirkan saat Fahri sedang bekerja dan tidak di rumah. Seperti wanita hamil lainnya, perut Aisha makin lama makin membesar.
Saat acara potong rambut memperingati kelahiran anak keduanya, tetangga di komplek
diundang ke musala. Seperti biasa, Fahri sedang tak di rumah. Aisha menyiapkan nasi kotak, dan keningnya dibubuhi parem, dan perutnya dililit stagen. Acara syukuran itu berjalan lancar, dan tak ada yang curiga, ada yang aneh dengan Aisha.
Sebenarnya, sejak kelahiran anak kedua, Fahri mulai curiga. Sebab, pada hari tertentu, anak tersebut dibawa pergi entah kemana. Aisha beralasan, dibawa ke rumah saudaranya. ''Saya mulai curiga, tapi tidak punya bukti,''kata Fahri.
Kecurigaan Fahri makin bertambah. Sebagai warga di komplek itu, ibu-ibu setiap bulan mengadakan arisan. Setiap bulan, Aisha selalu minta uang Rp500 ribu kepada Fahri untuk bayar arisan. Suatu hari, iseng-iseng Fahri bertanya, berapa uang arisan kepada ibu ketua arisan di komplek itu.
Fahri terkejut, saat diberitahu bahwa arisan hanya Rp50 ribu sebulan, dan itupun sudah berakhir. Ternyata, selama ini istrinya berbohong kepadanya. Bagai dibukakan mata hatinya, kecurigaan Fahri makin menjadi-jadi.
Malam itu juga, ia pergi ke rumah bidan tempat anak pertamanya dilahirkan.
''Jangan-jangan, itu bukan anak saya,'' katanya. Mukanya pucat pasi, saat bidan yang ditanyainya mengaku, anak pertama Fahri yang sudah berusia dua tahun, bukan anak yang dilahirkan istrinya, tapi anak wanita lain!
Anak itu diberikan kepada istrinya, lalu wanita itu pulang ke Jawa. Kepada bidan itu, Aisha beralasan, ia ingin memiliki anak itu, agar Fahri tidak meninggalkannya. ''Saya kira, bapak tahu bahwa anak itu bukan anak bapak,'' kata bidan itu.
Ternyata, anak kedua yang ''dilahirkan'' Aisha, juga bukan anak Fahri. Sukses menipu dengan anak pertama, Aisha kembali menipu Fahri untuk kedua kalinya! Uang arisan dan macam-macam permintaan Aisha kepadanya, diduga dikirimkan kepada orang tua anak itu dan sebagai imbalan setelah anaknya diambil Aisha.
Hebatnya, selama dua kali pura-pura hamil itu, diam-diam Aisha mengganjal perutnya dengan bantal! Itu juga yang dilakukan saat menipu suaminya pada kelahiran pertama. Pantas ia mengelak saat istri saya mau mengelus perutnya, lazimnya wanita hamil.
Pertanyaan yang menggelitik, kenapa Fahri bisa tidak tahu kehamilan istrinya palsu? Apakah mereka tidak berhubungan sebagai suami istri? ''Kami tetap berhubungan saat ia masih hamil muda. Tapi, setelah itu, istri saya seperti sengaja menciptakan konflik sehingga kami tidak jadi berhubungan,'' cerita Fahri.
Ada saja yang dipersoalkan. Mulai dari uang belanja, sampai ke soal pekerjaan Fahri yang menyita waktunya. Belakangan, Fahri baru menyadari, istrinya sengaja menjaga jarak agar mereka tidak berhubungan sebagai suami istri, agar kedoknya tidak terbongkar.

Setelah kebohongan istrinya selama ini terungkap, Fahri marah besar. Sampai hati istrinya sendiri menipunya punya anak dua kali. Pertengkaran pun tak terlelakkan. Saking geramnya, Fahri melaporkan istrinya ke polisi dengan tuduhan penipuan. Aisha masuk penjara. Dengan berbagai rayuan, Aisha memohon-mohon agar dibebaskan dari tahanan. Ia dan keluarganya minta penangguhan penahanan.
Selain kasihan dan permintaan keluarga Aisha, akhirnya Fahri mencabut laporannya ke polisi. Ia berharap, masalahnya selesai dan Aisha tidak lagi mengganggunya. Namun, apa yang terjadi? Aisha melaporkan Fahri kemana-mana. Ia melaporkan Fahri menyia-nyiakannya kepada bosnya di kantor. Tidak itu saja. Aisha juga melapor ke Lembaga Swadaya Masyarakat dan ke Komnas Perempuan, seolah-olah ia wanita yang teraniaya.
Setelah semuanya terungkap, bidan yang menolong persalinan palsu Aisha, juga ketakutan lantaran Fahri mengancam akan melaporkan keterlibatanya ke polisi karena mengeluarkan akte kelahiran palsu. Karena saya Ketua RW, bidan itu juga melaporkan masalah tersebut kepada saya.
Ia meminta, agar saya membantu memberi pengertian kepada Fahri, agar jangan melibatkannya dalam kasus itu. ''Tapi, bagaimanapun secara hukum Anda salah, karena mengeluarkan akte kelahiran palsu,''kata saya.
Tak mau memperpanjang masalah, Fahri akhirnya mencabut laporan ke polisi. Aisha tetap berusaha merongrong dan mengganggu ketenangan Fahri. Ia akhirnya menceraikan istrinya yang tega menipunya selama empat tahun pernikahan mereka.
Dalam sidang, Fahri membeberkan semua kelakuan istrinya. Bagaimana dengan anak mereka? Lantaran terlanjur sayang, Fahri meminta kepada hakim agar anak itu diasuhnya sebagai anaknya sendiri, meski ia tahu, anak itu bukan darah dagingnya. Namun, karena usianya baru dua tahun lebih, hakim menyerahkan anak itu dibawah asuhan Aisha, sampai berusia 18 tahun.
Setelah beberapa kali sidang, hakim memutuskan perceraian mereka. Namun, Fahri masih khawatir, mantan istrinya masih mengganggunya. Ia sempat mengajukan minta pindah tugas ke kota lain. ''Mata hati saya baru terbuka, setelah saya ikut ESQ dan rasanya saat ini saya menjadi lebih tenang,''katanya, setelah bertahun-tahun dibohongi istrinya. Tidak hanya soal dua anak, ternyata istrinya juga berbohong soal pembayaran cicilan uang muka rumah mereka, serta berbagai biaya yang dimintanya selama ini.
Setahun kemudian, Fahri menemukan gadis tambatan hatinya. Mereka kemudian menikah, dan kini dikaruniai seorang bayi perempuan. Bagaimana tanggapan istrinya soal kisah istri pertamanya? ''Dia bilang, kok bisa ya ada wanita yang berbohong dan merekayasa menipu suaminya,'' kata Fahri, mengutip istrinya. Kini, Fahri memetik hikmah dari peristiwa pahit selama empat tahun perkawinannya. ''Mudah-mudahan, kisah saya ini tidak terulang pada orang lain,''katanya. Bagaimana tanggapan Anda? ***

1 comments:

abu abdirrahman said...

begitu kejamnya dunia rasanya. jadi gak pengen nikah, hehehehe. btw, sala kenal pak dari sodara sekampung :)

Post a Comment