Wawancara Jempolan

Posted by Jammes 4/30/2008 0 comments
Setelah menguasai jurus – jurus wawancara, kita sudah dapat turun ke gelanggang reportase. Jurnalis yang handal akan menambah kemampuannya dengan 12 jurus tambahan lagi dari Jim Hall, praktisi jurnalis di Amerika yang lebih dari 26 tahun menjadi reporter, editor dan guru para jurnalis muda.

Inilah sarannya:
1.Pusatkan perhatian pada apa yang dikatakan sumber, bukan pada APA YANG HENDAK KITA TANYAKAN BERIKUTNYA. Pertanyaan kita berikutnya akan sangat baik apabila kita ajukan setelah kita menyimak sumber menjawab pertanyaan kita sebelumnya. Karena itu dengarkanlah dengan cermat dan kritis. Yakinkan bahwa kita mengerti apa yang dikatakan sumber kita. Kalau tidak mengerti, jangan ragu untuk memintanya mengulangi lagi sedikit penjelasannya. Simaklah juga APA YANG DIA SAMPAIKAN TIDAK LEWAT UCAPAN LANGSUNG. Apakah dia sedang menghindari topik pertanyaan kita ?
2. Jangan sekali – kali memotong pembicaraan sumber kita. Jangan mengajukan pertanyaan yang kepanjangan. Jangan kita berbicara terlalu banyak. Jangan mengajukan pertanyaan yang menantang di awal perbincangan. Kita bertemu sumber untuk mendengar opininya, bukan menawarkan oponi kepada mereka.
3.Kendalikan gerak tubuh dan emosi kita. Kalau sumber merasa pendapatnya tidak kita terima, maka habislah wawncara itu. Apabila sumber kita mengajak melihat – lihat rumahnya, kantornya, pabriknya,kebunya , dll, terima saja. Dengan catatan, apabila kita masih punya waktu, catat apa saja yang bisa kita amati dan kita juga bisa terus mengajukan pertanyaan sambil jalan.
4.Mulailah dengan pertanyaan yang mudah. Mungkin pertanyaan yang menyangkut pribadi si sumber kita. Mulailah dengan anekdot kalau itu relevan. “wawancara sangat mirip dengan percakapan biasa. Akan tetapi kita harus memandu percakapan tersebut. Kita harus mengetahui apa yang ingin kita dapatkan dari sumber dan kita harus dapatkan itu”. kata Anthoni DeCurtis, jurnalis yang pernah jadi editor di Majalah Rolling Stone.
5.Kalau sumber kita berbelok ke pembicaraan yang tidak terduga sebelumnya. Ikuti saja dahulu. Jangan paksa dengan topik kita. Tetapi ingatlah selalu bahwa kita harus mengumpulkan data yang sudah direncanakan sebelum wawancara itu. Rata – rata satu jam wawancara sudah cukup lama. Maka pada saatnya, tegaslah tapi sopan, bawa kembali percakapan itu ke jalur wawancara kita. Siaplah, karena biasanya ada saja hal menarik yang kita dapatkan pada saat kita hendak mengakhiri wawancara.
6.Akurasi adalah segalanya dalam berita kita. Karena itu, yakinkan bahwa kutipan kita akurat. Kalau kita tidak yakin, buatlah paraphrase, uraian dari ucapan sumber dengan kata – kata sendiri. Tanyakan ejaan dari kata – kata yang rumit yang diucapkan sumber. Buat kesimpulan pendek dari pokok pikiran yang diucapkan sumber kita, kalau ada waktu.
7.Tanyakan itu kembali secara ringkas dan dapatkan jawaban. “ ya, tepat seperti itu! ” dari si sumber tadi.
8.Beritahu sumber kita, bahwa kita mungkin akan menelepon dia kembali untuk mengecek fakta-fakta yang dia berikan. Ingat hanya fakta bukan ucapan dia. Teleponlah, apabila memang ada yang hendak dicek ulang, pada saat kita hampir menyelesaikan tulisan hasil wawancara tadi. Jangan sebelum kita menuliskan atau pada saat hendak menuliskannya. Kita akan tambah bingung nanti, Karena si sumber (apalagi yang belum terbiasa bicara dengan pers) biasanya tak tentram dengan apa yang sudah disampaaikan kepada kita.
9.Kapan harus merekam wawancara ? bila ada waktu untuk mentranskip dan berita kita memerlukan kelengkapan urutan – urutan pertanyaannya. Biasanya rekaman sangat berperan kalau kita membuat tulisan dalam bentuk tanya jawab atau profil tokoh. Rekaman juga dipertimbangkan kalau si tokoh punya gaya bicara yang agak tidak umum. Perlu juga merekam kalau topik yang sedang kita gali bisa menjadi kontroversi. Tetapi pertimbangkan juga kelancaran wawancara. Ada sumber yang tidak betah kalau melihat alat perekam. Untuk kasus seperti ini, sebaiknya hindari saja rekaman dan gunakan keahlian kita mencatat.
10.Asumsi dari setiap wawancara adalah semua pernyataan si sumber kita ON THE RECORD. Kecuali kalau secara langsung pada beberapa bagian dari wawancara itu sisumber meminta OFF THE RECORD. Tapi sebelum kita setujui itu, cobalah untuk meyakinkan sumber kita. Yakinkan bahwa dia tak perlu takut kalau pernyataan yang dia minta OFF THE RECORD tadi tidak membahayakan dia apalagi kalau bagian itu menarik. Tetapi jangan berbohong, kalau kita bilang tidak berbahaya, itu harus benar – benar aman.
11.Kutipan langsung dari sumber kita, penting untuk berita kita. Dengan kutipan langsung pembaca seolah – olah mendengar langsung apa yang dikatakan oleh sumber. Kutipan juga meyakinkan pembaca bahwa kita hanya melaporkan secara obyektif. Tetapi ingat kutipan harus 100% akurat. Kalau ragu, tidak usai memakai tanpa kutip, uraikan saja. Mengubah kalimat dalam kutipan di bolehkan sejauh dengan pertimbangan tata bahasa.
12.Pastikan bahwa kutipan langsung memang menarik dan penting untuk di tulis dalam bentuk itu. Pastikan kutipan langsung tidak sekedar mengulangi apa yang sudah di uraikan sebelum atau sesudahnya. Buat apa hanya mengulang – ngulang saja.
13.Pastikan bahwa apa yang di ketahui oleh sumber kita seluruhnya diberiktahukan kepada kitadan kita mendapatkan pembenaran dari dia untuk memberitakan itu. Ada memang bagian dari wawancara yang disampaikan oleh sumber ke kita tetapi dia keberatan kalau kita beritakan. Itu namanya informasi Latar Belakang. Kalau kita sepakati itu, maka hormatilah kesepakatan itu. Ada lagi informasi yang kita tahu bahwa sumber kita tahu, tetapi dia tidak mau menyampaikannya ke kita dalam wawancara itu.


0 comments:

Post a Comment