Lag--lagi Soal Wawancara

Posted by Jammes 4/30/2008 0 comments
Berita paling istimewa dihasilkan dari kerja keras reporter. Informasi berharga dan eksklusif – hanya kita yang dapat orang lain tidak – menghasilkan berita nomor satu. Sebuah berita yang tampak jerih payah reporter untuk mendapatkanny. Tak ada cara lain untuk mendapatkan itu kecuali wawancara langsung, menemui langsung si sumber berita.
Dalilnya adalah makin penting sumber makin berharga informasi dari dirinya, tetapi juga biasanya makin sulit di temui. Sudah bertemu pun masih perlu tehnik wawancara khusus untuk menggali dan membongkar informasi sebanyak – banyaknya dari si sumber tadi.

Leslie Rubinkowski, asisten professor di Sekolah Jurnalisme Perley Isaac Reed di Universitas West Virginia menyebutkan dari wawancara langsung tidak hanya di dapatkan informasi, tetapi juga bisa didapatkan bahan untuk membuat berita jadi “hidup” dan “bersuara”. Reporter bisa memilih kutipan terbaik, menggambarkan situasi saat wawancara dan ekspresi si sumber ketika memberi jawaban. Rubinkowski punya 12 petunjuk untuk sebuah wawancara yang efektif.
1.Jangan Terlambat. Pastikan kita punya waktu leluasa untuk wawancara itu. Pertimbangkan kemacetan lalu lintas, waktu untuk parkir atau apa saja yang bisa bikin kita terlambat. Prinsipnya : lebih baik datang lebih awal beberapa menit dan menunggu dari pada terlambat.
2. Berpakaian yang Pantas. Pantas, artinya cocok dengan tempat kita wawancara dan dengan sumber yang hendak kita temui. Kita yang perlu dia, jadi kitalah yang menyesuaikan diri. Tidak perlu bersolek berlebihan. Yang disarankan adalah pas dan kita tidak terasa hadir sebagai orang asing dan aneh di tempat kita mewawancarai sumber. Soalnya, ketika kita mengeluarkan buku notes dan mulai bertanya ini itu, maka itu saja sudah tampak aneh di mata orang lain, jadi kurangilah keanehan itu.
Jika kita mewawancarai seorang pengusaha di rumahnya, pilihlah pakaian yang pantas untuk situasi itu. Kapan kita boleh pakai celana jins saja? Tentu saja kalau situasinya bisa kita atur tidak terlalu formal. Dan pakailah selalu sepatu yang nyaman, siapa tahu lari–lari dan siapa tahu pula kita harus berdiri lama untuk wawancara itu.
3.Seperti Percakapan. Buatlah wawancara itu seperti sebuah percakapan. Tetapi jaga jangan sampai ngalor-ngidul. Kita yang mengendalikan percapakan itu supaya teratur, sesuai dengan informasi yang hendak kita kumpulkan dari si sumber. Siapkan daftar pertanyaan, tetapi jangan terlalu terpaku pada daftar pertanyaan itu. Kalau sumber kita menyebutkan sesuatu yang kontroversial, galilah informasi itu, lupakan sejenak daftar pertanyaan kita.
4. Skenario Pertanyaan. Susunlah skenario pertanyaan kita, bila informasi yang kita kejar sensitif bagi si sumber. Giring ke arah sana, jangan langsung menodong, karena biasanya si sumber akan menutup dirinya sama sekali bila merasa di pojokkan.
5.Minta Izin Merekam. Sebelum wawancara perlu disepakati dengan sumber, apakah kita akan merekam percakapan itu, kalau perlu jawaban YA dari si sumber terekam juga. Untuk berjaga, bila kelak si sumber mungkin akan mempermasalahkan hasil wawancaranya. Keluarkanlah buku notes setelah kita berada di tempat wawancara. Jangan menentengnya sepanjang jalan, simpan saja di dalam tas. Ajak dulu sumber kita sedikit berbasa-basi. Pokoknya buatlah sumber kita merasa nyaman dengan kehadiran kita dan dengan wawancara tersebut. Tunjukkan kepada sumber bahwa kita tertarik dengan apa yang dia sampaikan, bukan hanya sekedar mencatat kutipan – kutipan dari omongannya.
Catatlah atau jauh lebih baik rekamlah. Kalau kita merekam tetap saja kita harus mencatatnya sebagai back up. Terutama butir-butir penting yang menjadi informasi kunci. Pastikan perekam kita berfungsi baik, kasetnya tidak putus atau kusut dan baterai tidak soak. Bila kita siap, maka sumber merasa yakin tidak berbicara dengan orang yang salah.
Kalau kita mencatat, dan si sumber berbicara secara cepat, jangan segan untuk memintanya mengulangi kalimatnya. Mintalah dengan sopan tentunya.
Yang tak kurang penting adalah menyimpan kaset rekaman dan catatan hasil wawancara. Beri label dan catat tanggal serta nama sumbernya, agar mudah dicari lagi. Tidak ada yang lebih bikin frustasi dari pada kita harus berkejaran dengan deadline dan kita kebingungan mencari mana kaset dan catatan wawancara kita tadi.
6.Jawabn adalah Cerita. Ajukan pertanyaan yang hanya bisa dijawab dengan cerita. Orang yang mau bercerita kepada kita menunjukkan dua hal : pertama, dia percaya kepada kita. Kedua, kita bisa merespon cerita itu dan menunjukkan bahwa kita tertarik, apalagi kalau kita baru bertemu dengan si sumber kita.
7.Menjadi Saksi Mata. Amati suasana dan kea-daan tempat wawancara, tidak hanya terfokus pada ucapan si sumber. Sedapat mungkin pilihlah tempat wawancara dimana si sumber tadi melakukan sesuatu, atau disana akan terjadi sesuatu. Kita bisa menjadi penyaksi dari suasana dan itu bisa ditambahkan untuk membuat berita kita jadi lebih dramatis.
8.Bijaksanalah. Kita tahu kapan harus diam saja, mendengarkan saja, tidak mengajukan tanya, dengarkan dengan cukup hati-hati, sehingga kita bisa tahu kalau sumber kita diam karena sedang mengingat kembali atau mengumpulkan kembali ingatannya sebelum berbicara lagi. Jangan merasa bahwa kita harus mengisi setiap jeda dengan percakapan.
9.Wawancara di Jalanan. Kalau kita wawancara dengan orang jalanan, tampillah bersahabat, berbicara ringkas dan jangan tunjukkan kita takut, gentar atau segan. Tampillah sewajarnya, anda harus professional kan? Jadi berbaurlah dengan mereka. Keluarkan kemampuan acting kita. Caranya : Dekati seseorang di antara mereka. Kenalkan siapa kita dan apa yang sedang kita lakukan. Mintalah izin untuk mengajukan pertanyaan. Tentu saja dengan gaya bocara mereka, dengan sopan santun ala jalanan. Tanya nama dan dari mana mereka. Lagi, bertanyalah dengan ringkas dan cari kemungkinan untuk melanjutkan pertanyaan lain. Tunda mengajukan pertanyaan yang sulit hingga wawancara mendekati akhir. Cek lagi nama mereka, julukan atau nama gelar yang mereka dapatkan dikehidupan jalanan. Untuk cek lagi ejaannya, dan ucapkan terima kasih.
Ingat orang yang bersedia diwawancari sudah memudahkan kerja kita, tidak peduli apakan yang kita dapat dari dia menarik atau kurang begitu penting. Kalau informasi mereka diterbitkan beritahu mereka nama Koran kita, kapan kemungkinan terbitnya dan beritahu lagi nama anda. Tak peduli sekasar apapun mereka tetaplah sabar. Tetaplah yakinkan bahwa kita sedang kerja. Ingatkan sumber kita kenapa kita ada disana, kalau mungkin ulang pertanyaan. Kalau situasi tidak mengenakkan, jangan memaksa, tinggalkan saja. Dan jangan jadikan urusan pribadi, jangan dendam karena tidak ada gunanya.
10.Jangan Pura-pura Tahu. Bersikaplah bahwa kita tahu apa yang sedang kita lakukan, Karena apabila kita ragu si sumber akan memanfaatkan keraguan kita itu. Hati-hati. Tetapi bukan berarti kita berpura – pura tahu segalanya. Jadi jangan takut untuk bilang tidak me-ngerti dan meminta sumber untuk memberi penjelasan lebih. Cara bertanya yang paling baik untuk itu adalah …… “ Jadi tadi anda bilang bla… bla… “ atau “saya simpulkan dari penjelasan anda tadi bla… bla… “ Lemparkan lagi ke dia, kalau tidak sesuai pasti dia akan menjelaskan lagi.
11.Kalau Sudah Tahu Buat Apa Wawancara? Harapkanlah selalu akan mendapatkan kejutan. Jangan bikin wawancara dengan orang yang akan memberikan penjelasan yang sudah kita tahu. Jangan biarkan perasaan kita atau bias sikap kita menyelewengkan arah pertanyaan saat wawancara dan berita yang kita sedang tulis.
12.Bayangkan Kalau Kita Yang Ditanya. Tunjukkan simpati kepada sumber kita. Dan terakhir Tanya diri kita sendiri : bagaimana seandainya kita yang jadi sumber, dan sumber kita jadi reporter yang menanyai kita? Kita ingin diperlakukan seperti apa? Ini pertanyaan yang sangat jarang kita kita pikirkan dan renungkan.

0 comments:

Post a Comment