Wartawan dan Tukang Pijat (3)

Posted by Jammes 4/04/2008 2 comments
Sejak berusia belasan tahun sampai sekarang saya suka dipijit. Seperti hobi dan menjadi kebutuhan. Segala macam jenis pijat, saya coba. Selain menghilangkan pegal, saya menganggap pijat bisa memperlancar peredaran darah.
Dulu, saya hanya dipijat tradisional. Tapi di Batam, saya coba pijat Thailand, pijat refleksi, Okub Medan, pijat Shiatsu, hingga pijat listrik. Banyak cerita unik soal pijat memijat ini. Mau tahu ceritanya?

Tukang pijat di kampung saya, mengurut dengan minyak makan, dicampur bawang dan balsem. Tapi kini, pijat pakai krim, hand body hingga baby oil alias minyak bayi. Hobi pijat saya, tetap jalan saat jadi wartawan. Banyak juga rekan wartawan yang punya hobi sama dengan saya. Tapi, mungkin ia malu bercerita.
Seorang rekan wartawan saat tugas di Bukittinggi, suka pijat ''cuci kolong''terutama di bagian kaki dan paha. Saat saya ajak ia menulis berita soal tukang pijat ini, ia menolak. ''Nanti kita juga yang susah cari tukang pijat,'' katanya.
Suatu hari, saya mendapat informasi, ada panti pijat mesum baru buka di Batam. Saya datang untuk wawancara. Saya lalu dibawa bos pijat itu ke ruangan kecil, lalu memperlihatkan surat perjanjian dengan para tukang pijat, dilarang berbuat tak senonoh. Sampai saat ini, saya langganan pijat di sana. Ternyata, isu itu sengaja ditiupkan saingannya.
Suatu ketika, saya mendapat informasi, ada tukang pijat tuna netra yang kepergok selingkuh dengan seorang wanita separo baya. Ini dilakukannya lantaran suaminya jarang pulang. Toh, tukang pijatnya buta dan memakai kaca mata hitam. Kisah ini saya tulis di koran.
Keesokan harinya, seorang pemijat tuna netra datang ke kantor menyatakan keberatan dengan tulisan itu. ''Saya tak pernah berbuat seperti itu,'' katanya. Rupanya, kisah itu dibacakan seorang pengojek kepadanya. Maklum, ia buta. ''Hah, sejak kapan orang buta bisa baca koran,'' kata bos saya, sambil menahan tawa.
Saat pijat Thailand baru buka di sebuah hotel di Batam, beberapa teman saya mencobanya. Di kantor, mereka bercerita soal kehebatan pijat itu. Saya penasaran. Lalu, saya datang ke sana. Ternyata, pijat Thailand tubuh ditarik, ditekuk, dan hanya titik tertentu yang dipijat dengan dengkul atau kaki. Orang yang tak biasa dipijat, bisa-bisa kesakitan.
Pulang dari sana, saya tulis pengalaman pijat ala Thailand itu. Karena tak ada foto, saya minta seorang wartawan membuat karikaturnya. Ia menggambar seekor gajah yang sedang menginjak manusia. Begitu tulisan itu terbit, tiba-tiba saya ditelepon bos pijat Thailand itu. ''Pak, Anda bisa kesini, nggak?,'' katanya di telepon.
Saya agak khawatir juga. Jangan-jangan dia marah karena tulisan saya. Saya beranikan diri datang kesana. Ternyata, oala..dia mengucapkan terima kasih lantaran tulisan itu. Saya diberi amplop. Isinya bukan uang, tapi voucher pijat gratis sepuluh kali! Jadilah saya pijat gratis dan sebagian saya bagikan ke wartawan lain. Tulisan saya itu, juga ditranslet ke bahasa Inggris dan dijadikan brosur yang disebar di Singapura.
Karena keranjingan dipijat, saya jadi tahu suka duka tukang pijat. Di beberapa panti pijat, mereka hanya dibayar Rp6.000 per jam, sementara tarif pijatnya Rp40 ribu. Ada yang disediakan mess, ada yang tidak. Namun, tarif pijat di tempat tertentu, terbilang mahal.
Pijatnya bervariasi. Ada pijat kombinasi tradisional dan Thai, mandi susu, spa dan luluran. Harganya pun unik. Satu jam Rp188 ribu. Tempatnya pun bagus. Kamar VIP-nya selain kasur tempat pijat, dilengkapi dengan bath-tub, televisi dan lampu remang-remang. Tapi pijat tradisional, cukup kasur dan pembatas ruangan dari kain.
Selama mencoba berbagai jenis pijat ini, yang agak unik adalah pijat ala Madura dan pijat listrik. Pijat Madura pemijatnya wanita separo baya dan mengenakan kebaya lengkap. Karena agak gelap, saya melihat sosoknya seperti ibu kita Kartini, he..he..
Pijat listrik lain lagi. Namanya ATFG. Pijatan menggunakan alat dari besi yang dialiri listrik tegangan rendah. Lalu, tubuh digosok-gosok dengan gelondongan besi dan terasa panas. Biasanya, setelah dipijat badan terasa lemas dan dianjurkan memakan pepaya mengkal untuk memperlancar peredaran darah.
Meski penghasilannya kecil, tukang pijat umumnya mengharapkan tips dari tamu. Mereka harus bergiliran agar semua kebagian tamu. Lain halnya kalau pemijatnya dipesan tamu. Rata-rata, mereka memijat 3-5 orang tamu sehari.Namun, ada juga kisah sukses para pemijat ini.
Selain bisa mengirim uang ke kampung halaman, hasil keringat dari memijat orang, ada yang akhirnya bisa punya rumah dan motor, serta menyekolahkan anak-anaknya. Misalnya, seperti kisah Tono, seorang pemijat asal Jakarta. Lelaki bertubuh gempal ini, kini dikenal menjadi pemijat pejabat penting dan pengusaha terkenal.
Awalnya, ia bekerja di panti pijat refleksi Sin Cung Kok. Tak sampai setahun, tutup. Padahal, Tono terkenal bagus pijatannya dan telaten. Ia memutuskan jalan sendiri. Kepiawaiannya memijat, beredar dari mulut ke mulut. Saya termasuk yang ikut mempromosikannya.
Kini, ia menjadi langganan pijat mantan Kapolda, jaksa, polisi, hingga pengusaha ternama. Tono biasa memijat malam hari dan bersedia dipanggil ke rumah. Rata-rata, ia memijat orang dua jam.
Persaingan bisnis pijat di Batam makin meningkat. Malah, ada hotel yang menyediakan sampai 50 orang pemijat. Sebab, langganannya adalah para turis yang datang berombongan. Turis asal Korea, paling senang dengan pijat. Di berbagai sudut kota, bermunculan bisnis pijat. Saingan tukang pijat kini tidak hanya sesama pemijat, tapi juga kursi pijat yang dipajang di mal-mal. ***

2 comments:

Pelangi Pelangi said...

saya bukan termasuk orang yg suka dipijat. kalo ngga terpaksa banget lebih baik saya tidak usah dipijat. bahkan ibu saya harus memaksa saya datang ke tukang pijat waktu saya kecelakaan & kaki saya harus dipijat spy bisa jalan normal lg.
saya sempat tertarik mencoba kursi pijat yg ada di mall. durasinya 15 menit. tapi itu adalah 15 menit terlama & tersiksa yg pernah saya alami hehehhee...

Bangsari said...

saya juga dipijat, terutama sesudah berhari-hari kerja lembur melulu. sayangnya, pemijat kota biasanya kurang sip, kurang sabar. maunya cepet kelar dan cepet dapet duit.

Post a Comment